Ega dan kawan-kawan harus menyerah dengan skor 0-6 (56-57, 53-58, 55-58) dari formasi gabungan atlet junior dan senior Korsel itu sebelum memenangi laga perebutan medali perunggu melawan Bangladesh.
"Bertemu Korea, harapan kami bisa menang melawan mereka. Tapi, ternyata mereka masih terlalu kuat," kata Ega.
"Mereka lebih stabil, bisa meminimalisir kesalahan. Kami berharap bisa seperti mereka, bahkan melampauinya," kata atlet asal Blitar, Jawa Timur itu.
Saat berpasangan dengan Diananda Choirunisa pada nomor beregu campuran, Rabu (4/10/2023), Ega dan atlet putri peraih tiket Olimpiade itu juga dijegal oleh tim Korsel pada semifinal.
Melawan juara dunia asal Korea Selatan Lim Sihyeon yang berpasangan dengan Lee Wooseok, duet tim Merah Putih tidak boleh melenceng terlalu jauh dari sasaran tengah.
Dari 16 anak panah yang dilesatkan Lim dan Lee, 12 di antaranya menghasilkan nilai sempurna, dan empat sisanya bernilai sembilan.
Meskipun Indonesia mampu mengimbangi lawannya di set kedua dan ketiga, namun pada set penentuan Korsel membuat empat nilai sempurna di saat bidikan Ega dan Diananda goyah dan hanya mengumpulkan 35 poin.
Pasangan Indonesia itu harus puas dengan medali perunggu menyusul kemenangan mereka atas wakil Iran.
"Dari pertama berangkat, saya memang gemas ingin mengalahkan mereka karena saya berpikir kalau saya tidak bisa mengalahkan Korea, saya akan susah dapat emas," kata Ega.
Atlet berusia 31 tahun itu berharap untuk ke depannya Indonesia bisa menciptakan ekosistem kompetisi seperti di Korsel yang menjadi kiblat panahan dunia.
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | NOC Indonesia, Antaranews.com |
Komentar