BOLASPORT.COM - Pergumulan hebat dialami Marc Marquez dalam menentukan masa depannya di MotoGP. Konflik antara intuisi dan logika membuatnya tidak sepenuhnya tenang walau telah menemukan titik terang.
Untuk memutuskan keluar dari tim yang telah diperkuat selama 11 tahun dan dengan kejayaan besar yang telah diraih bersama memang bukan hal yang mudah.
Namun, ambisi untuk menjadi juara dan kesadaran bahwa waktu terus berjalan membuat Marquez membuat salah satu manuver terbesar dalam sejarah MotoGP.
Bagaimana tidak? Seorang juara dunia meninggalkan tim pabrikan raksasa untuk bergabung dengan tim satelit kecil hanya demi menemukan kembali semangatnya.
Dengan kedigdayaan Ducati saat ini, lowongan di tim satelit mereka memang lebih menggiurkan daripada apa yang ditawarkan sebagian tim pabrikan.
Dan itulah yang diperlukan Marquez. Setelah berhasil melewati badai cedera selama dua tahun lebih, dia justru mendapati peluangnya untuk mengejar kemenangan hampir tidak ada saat sudah kembali pulih.
Hebatnya lagi, Marquez melakukannya dengan mengorbankan pendapatan besar yang didapatkannya di Honda.
Media Spanyol, Cuatro, pada Maret 2023 melaporkan bahwa Marquez menerima bayaran sebesar 12,5 juta euro per tahun, atau sekitar 210 miliar rupiah, dari Honda.
Ini masih ditambah honor tambahan sebesar 570.450 euro (Rp 9,6 miliar) untuk setiap balapan yang diikuti plus bonus mencapai 1,4 juta euro (Rp 23,5 miliar) jika menjadi juara dunia.
Baca Juga: Kehadiran Marc Marquez di Gresini Sebenarnya Tak Diharapkan, tapi Ducati Tak Bisa Apa-Apa
Dengan asumsi tak pernah absen dari 22 balapan yang direncanakan musim depan, Marquez setidaknya akan menerima gaji 25 juta euro (Rp 420 miliar) dari Honda.
Namun, semua pundi-pundi uang tersebut rela ditinggalkan Marquez. Setidaknya, inilah yang dikatakan oleh Direktur Olahraga Ducati, Paolo Ciabatti, dalam interviu dengan Moto.it.
Ciabatti membeberkan bahwa pada dasarnya kontrak Marquez dengan Gresini bernilai cuma-cuma.
Tidak ada kontrak yang harus ditebus ke Honda maupun gaji yang harus dibayarkan tim bentukan legenda balap, Fausto Gresini, tersebut untuk memboyong Si Semut dari Cervera.
Kabarnya, ada klausul dalam kontrak Marquez dengan Honda yang memungkinkan dia untuk pindah tanpa membayar penalti jika bergabung dengan tim satelit.
"Bahkan saya sempat mengira Honda tidak akan melepas Marc Marquez," kata Manajer Tim Ducati, Paolo Ciabatti, dikutip BolaSport.com dari Moto.it.
"Saya yakin Marc mencapai kesepakatan dengan Gresini setelah dia berdiskusi dengan adiknya (Alex Marquez) dan mengevaluasi kekuatan motor (Ducati) tahun lalu."
"Dari apa yang saya tahu, dia tidak digaji (oleh Gresini), dia pergi (dari Honda) secara bebas transfer. Faktor ekonomi jelas bukan hal yang mendorong pilihan ini."
"Kami harus bangga karena dia memikirkan Ducati sebagai motor terbaik, yang diharapkan bisa membawanya kembali bersaing," kata Ciabatti.
Kalimat Ciabatti sebagian sesuai dengan pengakuan Marquez.
Dalam wawancara terpisah dengan Motorsport.com, juara dunia delapan kali itu membeberkan faktor utama yang mendasari kepindahannya adalah semangat untuk bersaing dalam kejuaraan.
Marquez mengatakan bahwa aspek olahraga selalu menjadi motivasi utama dalam karier balapnya. "Ini di atas gaji dan segalanya yang terjadi di sini," tambahnya.
Pengorbanan Marquez bukan hanya soal finansial.
Dengan kepindahannya ke Gresini, Marquez juga harus meninggalkan hampir semua kru yang telah bekerja bersamanya di Honda.
Hanya ada satu yang bisa dibawanya ke Gresini dan itu bukan Santi Hernandez, kepala kru yang telah menjadi orang kepercayaan Marquez sejak masih mentas di Moto2.
Ditambah utang budi kepada Honda yang bahkan menunggunya pulih, bisa dimaklumi apabila tekanan di pundak Marquez tidak sepenuhnya reda kendati masa depannya telah dipastikan.
Terlepas dari semua itu, tidak ada penyesalan dalam diri Marquez. Dia percaya bahwa keputusan yang diambilnya sudah tepat jika kelanjutan karier yang menjadi prioritas.
"Saya mengalami periode yang buruk karena pertarungan antara isi kepala saya dan suara hati saya," ungkap Marquez.
"Hati saya menuntun saya untuk bertahan di Honda karena apa yang saya pelajari di rumah."
"Saya selalu mencoba untuk bterima kasih kepada mereka yang telah membantu saya dan berbuat baik kepada saya."
"Saya akan meninggalkan banyak orang di sana, banyak sponsor yang telah memberi saya banyak hal."
"Akan tetapi, ketika kita memikirkannya dan itu sudah jelas bahwa setahun yang telah lalu dalam karier seoarang atlet adalah satu tahun yang tidak pernah bisa didapatkan kembali."
"Sebuah proyek mungkin bisa memerlukan waktu, tetapi karier seorang pembalap hanya akan bertahan selama itu berlangsung."
Editor | : | Ardhianto Wahyu Indraputra |
Sumber | : | Motorsport.com, Moto.it |
Komentar