"Pada saat itu kami memahami bahwa kami telah menemukan cara untuk mendapatkan kembali daya saing."
Kepercayaan juga terpancar dari kalimat Dovizioso setelah balapan MotoGP Qatar 2015.
"Saya percaya ini baru permulaan," ujar Dovizioso sambil tersenyum. Kalimat optimistis dari sosok yang dikenal terlalu analitis jelas menambah motivasi.
Sayangnya, untuk mencapai puncak kejayaan, Ducati memerlukan waktu lebih lama.
Selain karena kombinasi Honda-Marc Marquez yang terlalu kuat pada zamannya, Ducati justru menghadapi tekanan dengan kebijakan lama untuk menggandeng juara dunia.
Fokus mereka akhirnya berubah dengan menciptakan motor yang bisa dipakai semua orang sambil mengasah bakat-bakat pembalap generasi yang baru.
Pendekatan Ducati ini berhasil. Selain kuda besi yang mumpuni, mereka dilimpahi deretan jagoan muda seperti Bagnaia, Jorge Martin, hingga Marco Bezzecchi.
Bagnaia sendiri mendapatkan kehormatan untuk mengakhiri paceklik gelar Ducati selama 15 tahun melalui kebangkitan luar biasa pada musim lalu.
"Kami menjadi runner-up kejuaraan berkali-kali pada 2017, 2018, 2019 bersama Dovizioso dan pada 2021 bersama Pecco (Bagnaia)," sambung Ciabatti.
"Tahun lalu adalah kulminasi dari hasil kerja selama 10 tahun," pungkasnya.
Editor | : | Ardhianto Wahyu Indraputra |
Sumber | : | Berbagai sumber |
Komentar