BOLASPORT.COM - Dominasi Ducati tidak diraih dalam waktu semalam. Bahkan ada proses yang panjang setelah mereka disadarkan bahwa kans juara MotoGP ada di depan mata.
Transformasi Ducati dari motor yang cuma bisa dipakai satu orang menjadi ramah bagi semua membuat pabrikan kompetitor garuk-garuk kepala dalam dua musim terakhir.
Jangankan mengalahkan satu jagoan, selalu ada rombongan pembalap Ducati yang harus dilewati terlebih dahulu untuk sekadar finis tiga besar.
Klasemen sementara MotoGP 2023 pun bisa menjadi bukti ketika tiga pembalap teratas semuanya adalah penunggang Desmosedici GP.
Bahkan Ducati sudah bisa tenang karena sosok juara dunia dipastikan berasal dari pabrikan mereka ketika MotoGP musim ini masih menyisakan tiga seri.
Kans matematis pesaing terdekat yaitu KTM melalu Brad Binder dipastikan telah tertutup.
Binder terpaut 140 poin dari Francesco "Pecco" Bagnaia (Ducati Lenovo) yang menjadi pemuncak klasemen. Padahal, hanya tersisa 111 poin untuk diperebutkan.
Situasi ini tentunya terlihat kontras saat melihat ke belakang.
Satu dekade yang lalu, pabrikan asal Borgo Panigale itu sama sekali tidak diperhitungkan dalam perburuan gelar setelah kegagalan besar yang mereka alami.
Baca Juga: Repsol Honda 'Ngide' Saat Terjepit, Mau Ciptakan Fabio Quartararo Baru untuk Gantikan Marc Marquez
Merekrut pembalap sekaliber Valentino Rossi pada 2011-2012 nyatanya tidak mampu mengatasi masalah utama Ducati yaitu motor mereka sendiri.
Kegagalan The Doctor memperkuat anggapan kesuksesan juara dunia pada 2007 sebenarnya lebih karena talenta besar Casey Stoner seorang.
"Motornya tidak mau belok, terlalu bertenaga, terus-terusan wheelie, susah dikendalikan, bahkan di lintasan lurus," kenang mantan kru Rossi, Matteo Flamigni, kepada MotoGP.com.
Perubahan akhirnya terjadi saat Ducati mampu meyakinkan manusia jenius bernama Gigi Dall'Igna untuk memimpin proyek tim balap mereka di MotoGP pada 2013.
Dall'Igna sebelumnya musuh utama Ducati karena membawa Aprilia mengalahkan mereka di Kejuaraan Dunia Superbike.
Namun, kesamaan visi untuk menjadi juara dunia MotoGP membuat dua pihak yang tadinya saling bersaing itu mau untuk menyatukan kekuatan.
Saat itu, daftar kesuksesan Dall'Igna cuma kurang di kelas para raja. Di kelas 125cc dan 250cc, dia sudah terlibat dalam deretan gelar Aprilia beserta pabrikan-pabrikan satelitnya.
Hanya dalam waktu dua tahun, Dall'Igna akhirnya berhasil meyakinkan semua orang di Ducati bahwa menjadi juara adalah sebuah mimpi yang bisa diraih.
Dalam wawancara dengan Sky Sport Italia, Direktur Olahraga Ducati, Paolo Ciabatti, menyebut bahwa momen yang membangkitkan asa itu terjadi pada 2015.
"Pada 2015 dengan motor yang baru," ujar Ciabatti merujuk balapan pertama musim itu di Sirkuit Lusail, Qatar.
Bayi pertama Dall'Igna yaitu Desmosedici GP15 meledak sejak awal dengan hasil podium ganda pada balapan perdana.
Duet tim pabrikan Andrea Dovizioso dan Andrea Iannone mampu bersaing dengan jawara dari dua pabrikan yang sebelumnya berkuasa yaitu Honda dan Yamaha.
Dovizioso bahkan mengawali musim dengan raihan pole position.
Hanya Valentino Rossi, sang mantan yang kembali ke pangkuan Yamaha, yang membuat Ducati geregetan karena menggagalkan kans kemenangan pertama mereka.
Meski demikian, kemenangan The Doctor tidak diraih mudah karena harus berjibaku dengan Dovizioso dalam duel jarak dekat yang menegangkan sampai akhir.
HASIL MOTOGP QATAR 2015 | |||
POS | PEMBALAP | TIM | WAKTU |
1 | Valentino Rossi | Movistar Yamaha | 42:35,717 |
2 | Andrea Dovizioso | Ducati | +0,174 |
3 | Andrea Iannone | Ducati | +2,250 |
4 | Jorge Lorenzo | Movistar Yamaha | +2,707 |
5 | Marc Marquez | Repsol Honda | +7,036 |
6 | Dani Pedrosa | Repsol Honda | +10,755 |
"Motor sebelumnya menderita dari sebuah aspek teknis yang telah menjadi sangat rumit dalam dua tahun terakhir," ungkap Ciabatti.
"Ini terjadi ketika Ducati bersama Valentino dan tidak bisa mendapatkan hasil yang diharapkan semua orang."
"Kami keluar dari dua tahun yang sangat sulit, terutama pada 2014 dengan Gigi Dall'Igna mengerjakan sebuah motor yang benar-benar baru."
"Motor itu GP15, yang menjalani debut di Qatar dengan finis kedua dan ketiga melalui Dovizioso dan Iannone, di belakang Valentino."
"Pada saat itu kami memahami bahwa kami telah menemukan cara untuk mendapatkan kembali daya saing."
Kepercayaan juga terpancar dari kalimat Dovizioso setelah balapan MotoGP Qatar 2015.
"Saya percaya ini baru permulaan," ujar Dovizioso sambil tersenyum. Kalimat optimistis dari sosok yang dikenal terlalu analitis jelas menambah motivasi.
Sayangnya, untuk mencapai puncak kejayaan, Ducati memerlukan waktu lebih lama.
Selain karena kombinasi Honda-Marc Marquez yang terlalu kuat pada zamannya, Ducati justru menghadapi tekanan dengan kebijakan lama untuk menggandeng juara dunia.
Fokus mereka akhirnya berubah dengan menciptakan motor yang bisa dipakai semua orang sambil mengasah bakat-bakat pembalap generasi yang baru.
Pendekatan Ducati ini berhasil. Selain kuda besi yang mumpuni, mereka dilimpahi deretan jagoan muda seperti Bagnaia, Jorge Martin, hingga Marco Bezzecchi.
Bagnaia sendiri mendapatkan kehormatan untuk mengakhiri paceklik gelar Ducati selama 15 tahun melalui kebangkitan luar biasa pada musim lalu.
"Kami menjadi runner-up kejuaraan berkali-kali pada 2017, 2018, 2019 bersama Dovizioso dan pada 2021 bersama Pecco (Bagnaia)," sambung Ciabatti.
"Tahun lalu adalah kulminasi dari hasil kerja selama 10 tahun," pungkasnya.
Editor | : | Ardhianto Wahyu Indraputra |
Sumber | : | Berbagai sumber |
Komentar