BOLASPORT.COM - Bayang-bayang penalti mengiringi pembalap Prima Pramac, Jorge Martin, dalam misinya untuk menjadi juara dunia MotoGP 2023. Namun, Martinator tidak panik karena punya siasat.
Penalti yang dimaksud berkenaan dengan peraturan pembatasan tekanan udara pada ban yang mulai diterapkan secara sepenuhnya pada paruh musim kedua MotoGP 2023.
Tekanan ban motor tidak boleh melewati batas bawah 1,9 bar (27,6 psi) untuk ban depan dan 1,7 (24,7psi) untuk ban belakang untuk setidaknya selama setengah durasi balapan.
Martin sendiri telah melakukan pelanggaran pertama dalam kemenangannya pada balapan MotoGP Thailand di Buriram pada 29 Oktober lalu.
Beruntung, pembalap awalnya hanya mendapatkan peringatan.
Namun, jika terbukti "nakal" lagi, penalti waktu akan dijatuhkan yaitu 3 detik untuk pelanggaran kedua, 6 detik untuk pelanggaran ketiga, dan seterusnya.
Bagi Martin, penalti waktu tiga detik bisa menjadi bencana karena persaingan di MotoGP sekarang lebih ketat.
Mengutip Crash.net, margin kemenangan terbesar Martin musim ini adalah 2,468 detik saat sprint MotoGP Jerman. Sedangkan gap terbesar di balapan utama adalah 1,413 detik di MotoGP Jepang.
Sementara jika berkaca pada hasil balapan MotoGP Malaysia musim lalu, penalti waktu tiga detik akan membuat Martin turun ke posisi tiga kendati mencetak kemenangan.
Kehilangan poin jelas bukan sesuatu yang diharapkan Martin.
Dengan tiga seri balap tersisa, dia masih tertinggal 13 poin dari Francesco Bagnaia (Ducati Lenovo) yang menjadi pemuncak klasemen.
"Ya, kami melakukan sedikit kesalahan karena tentunya, kita tidak mau untuk berada di bawah batas," ujar Martin dalam konferensi pers di Sirkuit Sepang, Malaysia, Kamis (9/11/2023).
"Namun, setidaknya saya mendapatkan kemenangan dan 25 poin. Jadi itu adalah hal terpenting."
Martin merasa bahwa timnya tidak perlu melakukan perubahan radikal dalam setup motor hanya karena ancaman hukuman.
Juara dunia Moto3 satu kali tersebut mencoba tidak ambil pusing. Kalau memang tekanan bannya terlalu rendah, dia cukup anteng melaju di belakang pembalap lainnya.
"Kemenangan saya yang lain juga dengan tekanan yang normal. Kami benar-benar sangat mendekati batas (di Buriram)."
"Saya pikir kami hanya perlu bekerja dengan cara yang sama," tukas Martin.
"Mungkin kalau saya mendapat peringatan atau semacamnya, saya akan sedikit mengambil slipstream. Itu saja."
Strategi "mengalah sementara" bukan hal asing di MotoGP dan ini berlaku untuk situasi sebaliknya dengan sengaja menjaga jarak dari pembalap di depan saat tekanan ban terlalu tinggi.
Pertanyaannya, bagaimana jika peringatan datang saat Martin sudah terlanjur meninggalkan lawan-lawannya.
Peraturan batas tekanan ban memaksa pembalap dan tim untuk menjadi peramal karena mereka harus menebak skenario yang akan dialami saat lomba.
Jika ada kans meninggalkan rombongan sejak awal maka tekanan ban diatur agar tidak melewati batas.
Adapun jika terancam bersaing dalam grup, tekanan ban disetel di bawah batas agar tidak terlalu tinggi sehingga bannya terlihat kempes saat start.
Tekanan ban memang berpotensi naik saat berada di belakang rival karena panas yang dihasilkan motor lawan.
Dalam beberapa tahun terakhir masalahnya kian pelik karena peningkatan kecepatan motor hingga efek downforce yang terus berkembang karena lesatan teknologi aerodinamika di MotoGP.
Masalahnya, jika tekanan ban terlalu tinggi pembalap juga makin berisiko terjatuh karena selip ban depan.
Francesco Bagnaia yang dalam situasi ini diuntungkan pun tidak benar-benar merasa senang.
"Tidak ada yang senang dengan peraturan ini, itu sudah pasti," kata sang juara bertahan.
"(Memulai dengan tekanan yang lebih tinggi) bisa sangat memengaruhi gaya berkendara dan tingkat keselamatannya menjadi berkurang.
"Jika tekanannya lebih tinggi, seperti saya di Thailand, sangat, sangat mudah untuk mengalami selip ban depan."
"Bagaimanapun, kelihatannya mulai tahun depan, dari pelanggaran pertama, kita bisa didiskualifikasi. Kita kehilangan balapannya."
"Kita tidak tahu bagaimana balapannya akan berjalan."
"Mungkin kita start dengan tekanan yang sama tetapi di satu titik tekanannya cuma 1,7 bar dan tidak naik (ke batas minimal). Atau kita bisa mencapai 2,2 bar."
"Jadi itu sangat sulit. Tim saya melakukan pekerjaan yang luar biasa dalam menjaga tekanannya tetap stabil, tetapi itu sangat sulit."
Editor | : | Ardhianto Wahyu Indraputra |
Sumber | : | Crash.net |
Komentar