Kemenangan Martin lebih banyak diraih di sprint (6 kali) daripada balapan utama yang lebih menentukan (4 kali). Adapun Bagnaia kebalikannya, saat sprint dia cuma menang 4 kali.
Meski punya peluang untuk naik tahkta lebih cepat, Bagnaia tak mau terlena. Menurutnya, untuk melakukannya itu tidak mudah.
"Saya tidak menganggap akhir pekan ini sebagai match point. Saya harus meraih 37 poin dan itu tidak mudah," katanya dalam konferensi pers di Sirkuit Lusail, Qatar, Kamis (16/11/2023).
Sebagai informasi, asumsi tambahan 25 poin saat balapan utama baru terealisasi apabila Bagnaia menang sementara Martin gagal finis atau finis di luar zona poin yaitu 15 besar.
Martin sendiri terbilang konsisten. Musim ini cuma tiga kali dia gagal finis saat balapan utama dan itu jumlahnya lebih sedikit dengan Bagnaia yang sudah mengalaminya empat kali.
"Dalam satu akhir pekan Jorge melakukan pekerjaan hebat dan akan lebih penting untuk berpikir sesi demi sesi, untuk bekerja seperti ketika di Sepang dan mencoba kompetitif," imbuh Bagnaia.
"Kita tahu treknya baru saja mengalami pengaspalan ulang jadi itu tanda tanya besar untuk masalah ban. Saya pikir lintasannya akan sangat menuntut ban karena masih baru."
"Kita lihat saja nanti, ini sirkuit yang saya sukai, kami selalu kompetitif di sini, kecuali tahun lalu karena kami datang di momen yang tidak tepat."
"Rekor lapnya masih punya saya dan saya pikir motor kami sangat cocok dengan treknya," pungkas sang juara bertahan.
Sementara Martin memilih untuk tidak menganggap kemungkinan gagal juara pada akhir pekan ini sebagai tekanan.
Editor | : | Ardhianto Wahyu Indraputra |
Sumber | : | MotoGP.com |
Komentar