"Saya sedikit kehilangan kata-kata mengenai topik ini," ujar Diggia yang miris dengan masa depannya sendiri.
"Saya sudah bilang bebeberapa kali dan saya agak lelah harus mengulanginya karena sepertinya saya selalu duduk di sini mengatakan hal yang sama."
"Rasanya seperti tidak nyata tentang apa yang terjadi di MotoGP saat ini. Saya yakin bahwa saya adalah pembalap yang menunjukkan hal-hal baik di tahun keduanya."
"Dan menurut saya, saya sudah tepat waktu dalam mendapatkan hasil. Ini bukan kelas yang mudah, Anda perlu waktu untuk bekerja keras dan meningkatkan kinerja Anda."
"Saya marah karena kami bekerja keras tapi tidak ada hasil."
"Kami sudah dekat (dengan kesepakatan baru, red) lalu gagal, nyaris untuk kedua kalinya dan gagal lagi," jelasnya menggambarkan negosiasi bersama manajernya Diego Tavano.
"Jadi saya bilang ke saya sendiri: 'Persetan! Saya akan melakukannya sekarang, saya akan mencobanya! Ini adalah satu-satunya senjata yang saya punya sekarang."
Salah satu sosok kunci kebangkitan Diggia di musim ini ia sebutkan sendiri tak lepas dari kehadiran Frankie Charchedi yang menjadi kepala kru-nya tahun ini.
Charchedi merupakan mantan kepala kru yang pernah mengantarkan Joan Mir menjadi juara dunia MotoGP 2020 di Suzuki Ecstar.
Setelah Suzuki mundur dari MotoGP, Charchedi direkrut Gresini. Sayangnya, kesabaran dan kerja sama apik mereka di paddock terabaikan.
Editor | : | Ardhianto Wahyu Indraputra |
Sumber | : | Speedweek.com |
Komentar