Apabila pabrikan naik maka kasta perubahan segera akan diterapkan meliputi jatah ban untuk tes, ketentuan-ketentuan dalam tes privat, jatah wildcard, pembaruan aerodinamika.
Adapun ketentuan soal alokasi mesin, pembekuan mesin disesuaikan pada musim selanjutnya kecuali jika pabrikan tersebut kembali turun kasta ke Grup D pada akhir musim.
Sementara jika turun kasta, pabrikan akan mendapat penambahan alokasi mesin dan pembaruan aerodinamika serta pembebasan dari pembekuan mesin.
Menariknya, satu gagasan lain yang sempat muncul tetapi tidak disebut adalah pembatasan soal jumlah tim pelanggan bagi pabrikan.
Lagi-lagi sasarannya Ducati karena menggandeng tim independen paling banyak dengan tiga tim sementar pabrikan lainnya maksimal cuma punya 1 tim satelit.
Kehadiran delapan pembalap di kejuaraan membuat Ducati mendapatkan data melimpah untuk pengembangan maupun pengaturan setup motor saat akhir pekan lomba.
Meski tidak sefleksibel saat tes privat, data saat balapan tentunya berharga dalam pengembangan karena didapat dalam situasi lomba sesungguhnya.
Tanpa mendapatkan jatah wildcard pun, Ducati tetap akan menurunkan motor paling banyak di grid daripada pabrikan lainnya di setiap seri.
Hal ini pula yang membuat Ducati tidak terdampak pengurangan sesi latihan bebas pada tahun ini karena faktor penambahan sprint.
Bahkan saat format akhir pekan lomba hendak disesuaikan dengan penambahan sesi latihan bebas pada paruh musim ini, Ducati sempat memakai hak veto mereka untuk mencegahnya.
Keuntungan Ducati dalam aspek ini berpotensi berkurang pada 2025 apabila rumor merapatnya VR46 ke Yamaha benar adanya.
Baca Juga: Keuangan Akhirnya Stabil usai Dibantu Pertamina, VR46 Disebut Sepakat Jadi Tim Satelit Yamaha
Editor | : | Ardhianto Wahyu Indraputra |
Sumber | : | MotoGP.com |
Komentar