Sang juara bertahan untuk pertama kalinya datang bukan sebagai unggulan pertama di BWF World Tour Finals setelah selalu mengalaminya di edisi 2020, 2021, dan 2022.
Kegagalan Axelsen bertengger di peringkat teratas bukan semata-mata karena penurunan performa.
Juara turnamen Finals empat kali itu masih menjadi tunggal putra yang paling sering juara di BWF World Tour musim 2023 dengan koleksi lima gelar.
Tiga gelar di antaranya didapat Axelsen di turnamen sirkuit level tertinggi yakni Super 1000 dengan rincian Malaysia Open, Indonesia Open, dan China Open.
Lantas, apa alasannya? Rupanya Axelsen gagal mengulangi pencapaiannya karena sering absen dari turnamen.
Musim ini Axelsen cuma tampil 11 kali di BWF World Tour. Padahal, sebagai pemain top dia punya kewajiban untuk setidaknya mengikuti 12 turnamen di tiga level tertinggi.
Itupun kiprah Axelsen masih diwarnai dua kali pengunduran diri di tengah turnamen saat Denmark Open dan French Open, dua turnamen level Super 750, karena cedera kaki.
Kebiasaan ini sampai membuat Axelsen sempat berdebat dengan BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia) gegara denda mangkir dari acara media Singapore Open karena cedera.
Soal jumlah penampilan, Axelsen juga terpaut jauh dari sang unggulan pertama, Kodai Naraoka (Jepang), yang jauh lebih rajin dengan tampil sebanyak 17 kali sepanjang tahun ini.
Axelsen memang punya prinsip bahwa dia tidak akan tampil saat kondisinya kurang fit.
Editor | : | Ardhianto Wahyu Indraputra |
Sumber | : | BWFBadminton.com |
Komentar