Ya, Marin justru dikunci di angka 11 setelah interval. Semenjak itu, permainan ada di bawah kendali Tai sampai gim ketiga juga berjalan demikian.
Tai tertinggal tipis 10-11 lalu comeback lagi dan akhirnya menang dengan skor akhir 12-21, 21-14, 21-18 dalam waktu 73 menit.
Kemenangan comeback dramatis tersebut memperbaiki capaian Tai Tzu Ying yang sebelumnya selalu 'mentok' jadi runner-up pada dua final BWF World Tour Finals yang dipijaknya pada edisi tahun lalu dan 2019.
"Saya pikir saya akan kalah di gim kedua, " ungkap Tai Tzu Ying yang mengaku nyaris putus asa, dikutip BolaSport.com dari BWF Badminton.
"Tetapi mereka para pendukung (di tribun) terus mendukung saya bahkan meski saya dalam keadaan tertinggal. Dan itu yang membuat saya memiliki energi untuk bertahan sekaligus memberi saya banyak kepercayaan diri dan yakin," katanya.
Kebugaran fisik yang tadinya seperti sudah hampir habis mendadak seperti diisi ulang kembali berkat dukungan publik yang menempa mental baja Tai. Kecepatannya pun seolah bertambah dan berbalik membuat Marin kewalahan.
"Marin adalah pemain yang sangat cepat dan saya berada di bawah banyak tekanan," kata Tai.
"Jujur saja, saya tidak bisa mengimbangi kecepatannya, sehingga itu mempengaruhi cara saya melancarkan serangan. Sehingga sejak itu saya merasa perlu bermain dengan kecepatan lebih tinggi agar bisa melawannya," jelas Tai.
Di sisi lain, bagi Marin, kegagalan meraih gelar juara di turnamen penutup musim kembali menghadirkan rasa penasaran baginya.
Editor | : | Agung Kurniawan |
Sumber | : | BWF Badminton |
Komentar