Axelsen benar-benar mulai terus menerus memperlihatkan diri streching pada otot punggungnya. Namun, momentum justru didapatnya.
Kesalahan lain dari Ginting berujung tekanan dari Axelsen. Ginting belum dapat mengatasinya sampai skor disamakan di 18-18. Untungnya, Dewi Fortuna menaungi Ginting.
Poin kontroversial terjadi setelah netting balasan yang tanggung dari Axelsen disambar dengan cepat oleh Ginting.
Axelsen protes dengan keras karena menganggap kok masih di wilayahnya sehingga Ginting dinyatakan fault. Namun, wasit berpendapat lain.
Axelsen sempat histeris. "No!" teriaknya berulang-ulang. Dia duduk beberapa saat karena tak terima dengan keputusan walau akhirnya mau melanjutkan pertandingan.
Di reli berikutnya, Ginting memegang match point 20-18 tapi sebuah pengembalian yang melebar sempat memunculkan asa bagi Axelsen.
Untungnya, situasi ini tidak bertahan lama. Placing silang Ginting yang sulit dikembalikan Axelsen memastikan kemenangan bagi Ginting.
Ini menjadi kemenangan pertama Ginting atas Axelsen setelah selalu kalah dalam 11 pertemuan beruntun sejak 2021. Total Ginting menang 5 kali dan kalah 13 kali dari sang rival.
Namun, kemenangan Ginting diwarnai ketidakpuasan Axelsen yang terlihat masih emosional. Saat bersalaman dan memeluk Ginting, Axelsen terlihat masih tidak terima.
Tidak tahu apa yang dikatakan Axelsen. Ginting terlihat mengeluarkan gesture 'sumpah' tentang insiden yang dianggap fault oleh Axelsen di momen krusial tadi.
Axelsen lantas meninggalkan lapangan dengan wajah kesal sekesal-kesalnya. Sang raja bulu tangkis keluar duluan, mendahului barisan wasit lapangan dan Ginting.
Ginting menjadi tunggal putra Indonesia pertama yang lolos ke semifinal All England Open sejak Taufik Hidayat pada 2009. Itu 15 tahun yang lalu.
Langkah Ginting bisa diikuti kompatriotnya, Jonatan Christie, yang belum bertanding.
Baca Juga: All England Open 2024 - Level 'Stuck', Leo/Daniel Diimbau Aryono Miranat Tingkatkan Kelas Permainan
Editor | : | Ardhianto Wahyu Indraputra |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar