Ketika masih diperkuat Marc Marquez, Honda masih bisa menikmati persaingan di posisi 10 besar dan bahkan meraih beberapa podium.
Meski demikian, kecuali ketika Alex Rins memenangi GP Americas tahun lalu, Honda hanya bisa mengharapkan talenta besar seorang Marquez untuk berbicara.
Bagi Zarc, tidak adanya sosok yang bisa diandalkan di segala kondisi seperti Marquez justru merupakan hal yang positif.
Pasalnya, dengan demikian masalah yang terjadi pada motor RC213V dapat lebih mudah untuk diamati.
"Marc mampu menutup masalah pada motornya dengan sangat baik, tapi kami semua tak seperti Marc," kata Zarco.
"Mungkin lebih baik tidak menjadi seperti Marc agar bisa mengidentifikasi dan memperbaiki titik-titik lemah pada motornya," ujarnya.
Zarco lantas menunjuk Luca Marini yang menunjukkan potensi adanya sebuah solusi melalui lap yang cepat pada akhir balapan.
Walau finis kedua dari belakang, adik Valentino Rossi melakukan putaran terakhirnya dengan waktu lap 1 menit 47,1 detik.
Torehan Marini bahkan mendekati pemenang lomba, Francesco Bagnaia (Ducati Lenovo/1:46,9), serta Jorge Martin (Prima Pramac/1:47,0) yang finis ketiga.
"Saya terkesan dengan lap-lap terakhirnya. Kami harus menganalisis bagaimana dia bisa melakukannya," ujar Zarco.
Diakui Marini bahwa balapan MotoGP Italia terasa lebih baik daripada balapan terakhir di MotoGP Catalunya.
"Saya pikir balapan ini lebih baik daripada di Barcelona, tujuh lap terakhir saya merasa nyaman, dan kecepatan saya mendekati sepuluh besar," kata Marini dilansir dari Crash.net.
"Tentu saja masih banyak yang harus dilakukan karena jarak ke posisi pertama terlalu jauh, tetapi kami bekerja ke arah yang benar sekarang."
Editor | : | Ardhianto Wahyu Indraputra |
Sumber | : | Speedweek.com |
Komentar