Dari 6-3, dia justru ketikung 9-10 sampai akhirnya tertinggal di interval 9-11.
Padahal, secara permainan, Komang sebenarnya lebih mendominasi serangan, menyetir arah serangan dan membuat lawan pontang-panting.
Tetapi setiap melakukan pukulan eksekusi, dia masih sering terlalu buru-buru dan jadi bumerang.
Komang kian tertinggal 10-13. Dia tak bisa lepas dari tekanan publik tuan rumah yang mendukung Wen Chi Hsu.
Momentum sempat didapat ketika Komang berhasil meraup 5 angka beruntun dan berbalik menekan lawan hingga kedudukan 16-12.
Sejak itu, kendali permainan beralih ke Komang dan dia mampu memanfaatkan momentum untuk merebut gim kedua dengan skor 21-18.
Pada gim ketiga, Komang tertinggal 2-5 tetapi masih berusaha berjuang mengejar hingga menyamakan kedudukan 7-7.
Namun kesalahan sendiri dari pukulan terburu-buru kembali jadi kelemahan Komang hingga dia tertinggal lagi 9-11 sampai 9-14.
Komang mulai terlihat tak bisa melanjutkan laga, dia menghampiri umpire dan menoleh ke arah pelatih untuk memutuskan menyerah di kedudukan tersebut.
Pemain 22 tahun itu juga sempat menangis, sementara pelatih membantunya membawa tas raket untuk keluar lapangan.
Kekalahan Komang memastika gelar juara tunggal putri di tangan wakil tuan rumah karena Wen Chi Hsu akan bertemu Pai Yu Po untuk menggelar final ideal antara unggulan dua versus unggulan satu.
Di sisi lain, hasil tersebut memastikan Indonesia tak mampu meraih gelar juara tunggal putri di ajang BWF Tour Super 100 tersebut karena wakilnya sudah habis.
Kini asa gelar juara tinggal bertumpu pada satu wakil yang belum main yaitu ganda putri Jesita Putri Miantoro/Febi Setianingrum.
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar