BOLASPORT.COM - Acara Fight Club YK diselenggarakan berawal dari keresahan beberapa anak muda klitih dan kejahatan jalanan lainnya di Yogyakarta.
Acara ini diharapkan dapat mewadahi energi berlebih anak muda Yogyakarta yang berujung pada tindak klitih atau kejahatan jalanan lainnya.
Hal itu sebagaimana dikatakan Humas Fight Club YK, Adhi Bayu Perkasa, kepada BolaSport.com dan awak media lainnya pada Jumat (11/7/2024) malam.
"Kami memahami bahwa teman-teman anak muda yang kadang terjebak dalam dunia klitih atau kejahatan jalanan, kalau klitih kan terkenal terutama di kota Jogja ya, itu teman-teman yang energinya itu berlebih, tapi salah arah."
"Jadi kami kemas acara ini bersama Kepolisian. Kami berharap ini bisa membantu mengurangi angka klitih," lanjut pria yang akrab disapa Kocok itu.
Acara Fight Club YK juga digelar untuk memasyarakatkan olah raga tinju di Yogyakarta.
"Tapi kenapa tinju sebagai olahraga warisan dunia itu melempem, kita coba menganalisa, itu karena biaya untuk mengakses tinju itu sangat mahal," ujar Adhi.
"Biaya teman-teman untuk mendaftar juga mahal, untuk mencari jam terbang juga mahal, lalu kita membuat konsep bagaimana agar tinju bisa merakyat atau bisa memasyarakatkan tinju."
Ide untuk menggelar acara ini berawal dari ketidaksengajaan.
Acara tinju ini awalnya dilaksanakan di gudang, sebelum akhirnya digelar di Pasar Satwa dan Tanaman Hias Yogyakarta (PASTY) di Jalan Bantul, Kota Yogyakarta.
"Itu bermula dengan ide yang sangat lucu, yaitu kita biasa juga sering berantem lah di luar," tutur Adhi melanjutkan.
"Maksudnya ini ada massa, mending berantem, habis itu ngobrol, dan terus akhirnya kita bikinlah waktu itu lucu-lucuan bikin tinju di gudangnya teman."
"Saat itu aku izin memakai di pendoponya PASTY, waktu itu kita mau bikin fokus ke street fight," imbuhnya.
Acara tinju tersebut terinspirasi dari film kondang berjudul Fight Club yang dirilis pada tahun 1999 dan disutradari oleh David Fincher.
Gelaran tinju ini memiliki slogan no win, no lose, no pressure (tidak ada kemenangan, tidak ada kekalahan, dan tidak ada tekanan).
Setiap pertarungan tinju digelar dengan konsep fun, tetapi tetap memperhatikan aturan yang berlaku secara internasional.
Awalnya acara ini digelar setiap Jumat malam, tetapi lonjakan pendaftar membuat panitia menggesernya jadi acara dua mingguan.
Seperti slogannya, tidak ada pemenang dalam duel Fight Club YK. Sebagai gantinya, setiap pemain yang berani mengaku kalah bakal mendapatkan apresiasi dari para penonton.
"Kita harus jujur bahwa mereka ingin terlihat sangar tapi dalam spektrum yang salah," ujarnya.
"Maka, konsep acara kami kami membuat acara yang sangar tapi sehat itu juga tagline kami, selain no win, no lose, no pressure sebagai tagline kami."
Baca Juga: MI NU Baitul Mukminin dan SD 4 Jekulo Raih Gelar Juara Umum MilkLife Athletics Challenge 2024
"Karena di dalam konsep kami mas, kadang ego seseorang itu ketika sudah terpojok dia malu untuk menyatakan kalah meskipun nafasnya sudah tidak kuat."
"Maka untuk menghindari itu, kami hentikan. Jadi wasit kami berikan hak veto untuk menghentikan pertandingan kalau ada salah satu yang sudah terlalu kuat."
"Di tempat kami mas kalau ada yang berani nyerah duluan teman-teman semuanya tepuk tangan karena artinya mereka tahu batasan diri sendiri," lanjutnya.
Panitia berani menjamin acara tersebut dijamin aman untuk para peserta, salah satunya melalui adanya dokter saat acara dan pemeriksaan ketat masing-masing peserta saat penentuan lawan.
Selain itu, acara Fight Club YK sudah mendapatkan dukungan resmi dari Persatuan Tinju Amatir Seluruh Indonesia (PERTINA).
"Ada dua hal sifatnya mitigatif semua. tapi yang mitigasi tentu saja kami menyediakan ambulans khusus dengan dokter tanding untuk menjaga pertandingan mas," ujar Adhi.
"Tapi sebelum pertandingan sebelum kita ngomongin ambulans ataupun tenaga medis kita juga mempersiapkan mitigasi yang kami terus upgrade Mas.
"Nah, kami kami mempunyai konsep bahwa kami nggak ada kemenangan dan nggak ada kekalahan, ini hanya laga persahabatan."
"Kita ini hanya untuk teman-teman merasakan aja seperti apa melawan diri sendiri."
"Jadi kami mitigasi adalah kita bener-bener background checking, profiling kita timbang, kita benar-benar memeriksa keterampilan para pemain secermat mungkin," ujar Adhi.
Baca Juga: 115 Atlet Ikuti Kejurnas Soft Tennis 2024 di Jakarta
"Itupun ketika sudah menemukan lawan yang benar-benar cocok, kita temuin lalu kita tanyain lagi. Oke tidak menghadapi lawan ini? Kalau oke bisa lanjut."
"Pertina Provinsi DIY itu sangat mendukung kami, bahkan sempat mau membentuk badan khusus sportainment, tapi kami belum siap."
"Event ini pun bagi kami adalah hal yang baru di dunia olahraga. Kami baru dinaungi Pertina Kota Yogyakarta."
"Bantuan berupa naungan, karena kami membutuhkan bantuan formal secara hukum dan sesuai prosedural agar segala pihak bisa membantu acara kami," lanjutnya.
Tanpa promosi yang berlebihan, acara ini berhasil menyedot atensi kawula muda Yogyakarta. Panitia pun mengaku kesulitan untuk menanggapi lonjakan pendaftar.
Selain itu, acara tersebut berhasil menyedot perhatian ribuan masyarakat Yogyakarta untuk menyaksikan gelaran tinju yang mengusung konsep sportainment (olahraga sebagai hiburan).
Pihaknya berharap acara ini mendapatkan respon baik dari masyarakat.
Selain itu, dirinya juga berharap banyak pihak mendukung idenya untuk terus berkembang, karena selama ini masih kekurangan biaya untuk melengkapi terselenggaranya acara.
"Kami berharap mendapat respon baik di masyarakat dan dibantu dijaga konsep kami dan juga pihak-pihak lainnya itu turut membantu jalannya acara kami agar kami dapat berkembang," ujar Adhi.
"Selama ini kami masih kekurangan biaya. Kami untuk produksi itu masih terus mencari cara agar bisa tercukupi agar kami bisa membeli banyak peralatan untuk lebih mengamankan jalannya acara dan bisa lebih memuliakan teman-teman fighter."
"Jadi istilahnya kami ingin dibantu. Juga banyak respon untuk membantu kami karena membuat acara murah itu perlu banyak pengorbanan," tutupnya.
Editor | : | Ardhianto Wahyu Indraputra |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar