Pengalaman menantang dialami Greysia menjelang Olimpiade Tokyo 2020. Cerita ini diharapkan bisa menginspirasi semua atlet.
"Di Tokyo 2020 ketika masih dalam keadaan pandemi Covid-19, tiga bulan sebelum pelaksanaan, saya dan semua tim masih bertanya-tanya, ini jadi tidak Olimpiade, diundur lagi atau batal, atau seperti apa?," cerita Greysia.
"Semua serba tidak pasti membuat persiapan kami sempat turun. Kami seperti melawan lawan yang tidak terlihat."
"Akhirnya saya dan Apri mengutamakan latihan mental terlebih dahulu. Psikis kami ditempa agar bisa melepaskan tekanan yang sedang kami hadapi saat itu," kata Greysia lagi.
Saat masuk training camp, Greysia mengalami stress yang tinggi tapi dia berhasil melewatinya.
"Di Kumamoto level stress kami naik 1000%. Mau bertemu orang yang bahkan satu tim saja takut, di kamar juga stress dengan hal yang sama," ujar Greysia.
"Latihan mental yang tadi saya bilang benar sangat membantu dalam mencari hiburan dan merilekskan pikiran," ucap Greysia.
Greysia berkata, "Training camp ini sangat penting karena sebagai manusia biasa, normal merasa jenuh dengan tempat latihan yang sama sepanjang tahun. Dengan training camp, suasana bisa kembali fresh tapi tetap dengan fokus yang tinggi."
"Selain itu, tim bisa lebih kompak. Suasana itu pada akhirnya bisa saja menentukan feel di lapangan."
Disinggung mengenai peluang Apri/Fadia di fase grup, Greysia meyakini peluang sangat terbuka.
"Kalau dari persaingan ganda putri, menurut saya peringkat satu sampai ke Apri/Fadia itu sama rata. Tinggal bagaimana Apri/Fadia harus bisa mengaplikasikan semua yang sudah dipelajari, yang sudah didapat pada latihan ke lapangan," tutur Greysia.
"Orang bilang Apri/Fadia di grup yang tidak enak tapi ini Olimpiade dan semua memang yang terbaik. Peluang selalu terbuka," ujar Greysia.
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | PBSI.id |
Komentar