BOLASPORT.COM - Nadeo Argawinata berani bersuara terkait cara penentuan klub partisipan Piala Presiden 2024 yang hanya delapan klub.
Piala Presiden 2024 rupanya memantik tanda tanya bukan hanya dari kalangan masyarakat atau media, tetapi juga dari para pelakunya.
Jumpa pers semifinal Piala Presiden 2024 di Pracima Tuin, Surakarta, mengungkap situasi awkward tersebut.
Sesi tersebut menghadirkan Maruarar Sirait selaku ketua steering comittee, Risha Adi Wijaya sebagai ketua organizing comittee, serta perwakilan manajer dan pemain empat klub.
Maruarar Sirait mempersilakan pihak pemain untuk menyampaikan saran atau kritik kepada penyelenggara.
Di antara empat pemain yang hadir, Nadeo Argawinata (Borneo FC) merupakan yang paling senior, dan bisa menyampaikan pertanyaan penting.
Tiga pemain lain yang hadir yaitu Muhammad Riyandi (Persis Solo), Achmad Maulana Syarif (Arema FC), dan Witan Sulaeman (Persija).
Nadeo menggunakan kesempatan itu untuk mempertanyakan cara panitia memilih delapan klub peserta Piala Presiden 2024.
Pasalnya, delapan klub terpilih bisa dikatakan merupakan pilihan subjektif panitia, bukan objektif.
"Sebenarnya poin utamanya bukan klubnya diperbanyak," ucap Nadeo.
"Tapi lebih diperjelas, siapa-siapa aja (klub) yang ikut, entah itu dilihat dari peringkat liga tahun sebelumnya."
"Mungkin peringkat satu sampai sepuluh, atau bagaimana bentuknya, mungkin itu perlu diperjelas lagi, Pak."
"Kriterianya mesti jelas."
Maruarar Sirait kemudian meminta Risha Adi Wijaya untuk menjelaskan kriteria tersebut kepada Nadeo dan para wartawan.
Dari panjangnya penjelasan Risha, justru terpampang unsur subjektivitas yang semestinya dihindari dalam event olahraga.
"Kriterianya adalah yang pertama kesiapan stadion," ujar Risha.
"Di mana saat ini banyak stadion yang direnovasi pemerintah."
Jika itu alasannya, mengapa Persik Kediri dengan Stadion Brawijaya-nya yang siap pakai itu tidak diajak?
Baca Juga: China Pilih Jamu Timnas Indonesia di Stadion yang Jauh, Erick Thohir: Kita Kerjai Balik
"Yang kedua dari peringkat sebagai privilege," jelas Risha.
Jika itu alasannya, mengapa Dewa United dan PSIS Semarang di peringkat lima dan enam musim lalu tidak diajak?
Malah Persis Solo dan Persija Jakarta yang hanya peringkat tujuh dan delapan bisa ikut berpartisipasi?
"Jadi sekarang pesertanya peringkat berapa sampai peringkat berapa?" tembak Nadeo.
Risha menjawab gugup, "Pertama stadionnya sudah siap, itu menjadi tuan rumah, yang kedua adalah yang mewakili Indonesia di Asia, termasuk yang terakhir peringkat."
Jika alasannya adalah persiapan kompetisi Asia, mengapa empat klub Asia justru dipertemukan dengan sesama klub Liga 1?
Tidakkah Borneo FC, Persib Bandung, Madura United, dan PSM Makassar lebih butuh uji coba internasional, saat klub-klub Eropa juga sedang bertandang ke Asia?
Deretan pertanyaan di atas, dari Nadeo maupun dari penulis, harus dijawab penyelenggara.
Baca Juga: PSSI Punya Keistimewaan untuk Timnas Indonesia: Shin Tae-yong DNA Asia, Indra Sjafri DNA ASEAN
Editor | : | Bagas Reza |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar