Di Olimpiade ceritanya lebih miris lagi. Tidak ada satu pun medali yang diraih meski Indonesia tak pernah kehabisan pasangan nomor satu dunia.
Hendra dan Mohammad Ahsan menguasai jelang Rio 2016, lalu Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo menuju Tokyo 2020, dan Fajar/Rian sebelum Paris 2024.
Sayang seribu sayang, mereka semua gagal bersinar saat berjibaku di destinasi utamanya yaitu Olimpiade.
Pemandangan ini kontras dengan China, yang diam-diam terlihat lemah tapi justru ajeg selalu mengirim wakil ke final.
Sejak Beijing 2008 sampai Tokyo 2020, China selalu konsisten mengirim wakil ganda putra mereka ke final walau tak semuanya jadi juara.
Lakonnya adalah Cai Yun/Fu Hai Feng (perak di Beijing 2008, emas London 2012), Fu Hai Feng/Zhang Nan (emas Rio 2016) dan Li Jun Hui/Liu Yu Chen (perak Tokyo 2020).
Pasukan Negeri Tirai Bambu masih berkesempatan meneruskan tren impresif ini karena masih punya Liang Wei Keng/Wang Chang yang lolos semifinal.
Di saat kondisi ganda putra Indonesia kritis di Olimpiade, Aiyuke juga menyoroti regenerasi yang mampet.
Sejumlah pelapis di bawah Fajar/Rian dan Ahsan/Hendra, belum ada yang terbilang menjanjikan.
"Kita lihat saja para bintang baru Indonesia."
"Leo Rolly Carnando/Daniel Martin dan Muhammad Shohibul Fikri/Bagas Maulana, meski dibilang jenius saat debut, tetapi dalam dua tahun terakhir mereka tertahan di peringkat 15 besar dunia."
"Mereka masih sedikit tertinggal dari level di atas persaingan ganda putra sekarang, bahkan tidak dapat merebut tiket Olimpiade."
"Setelah Olimpiade Paris, mereka akan dirombak dan memisahkan pasangan lama untuk persiapan Olimpiade berikutnya."
"Dan entah, apakah Ahsan/Hendra sudah pensiun atau belum saat itu."
Editor | : | Ardhianto Wahyu |
Sumber | : | Aiyuke |
Komentar