"Dorong bola ke belakang, netting sekali lalu stop," demikian instruksi pelatih An Se-young, Rony Agustinus, yang berasal dari Indonesia jelang rubber game.
Gregoria memang berbahaya di depan net. Tak cuma sekali netting tipisnya mematikan An.
Kampiun Kumamoto Masters itu dipaksa adu lob. An lebih cerdik dalam mencuri kesempatan untuk memulai serangan dan mengendalikan reli.
Permainan Gregoria dikunci. Srikandi Indonesia sebenarnya masih tampil gigih. Dengan ulet dia mengejar bola ke sana ke mari.
Sayangnya, reli yang menguras fisik dan konsentrasi itu memancing kesalahan dari Gregoria.
Kalah telak di interval, Herli Djaenudin selaku pelatih Gregoria hanya mengangkat kembali moral anak asuhnya tersebut.
"Ayo berusaha lebih baik lagi. Gak ada kata menyerah. Gak ada yang gak mungkin. Mengadu (pukulan) aja," kata Herli kepada Gregoria yang menyemprot pain killer ke lututnya.
"Main nekat dan berani. Harus berani, eksplore semua pukulannya," pintanya.
Jorji sebenarnya punya keunggulan berupa pukulan kedut yang menipu.
Cara memegang raketnya yang unik hingga melebihi ujung bawah dari bagian grip tampaknya membantunya melakukan ayunan yang lebih luwes.
Editor | : | Ardhianto Wahyu |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar