Namun, taktik main sabun semacam itu dihindari skuad Merah Putih.
Tidak ada kongkalikong, karena risiko lain masih bisa terjadi dari jatah fastest loser.
Pada babak penyisihan eliminasi, ada satu jatah untuk fastest loser bagi pemanjat yang kalah cepat.
Fastest loser ini diambil dari catatan waktu di babak kualifikasi penyisihan unggulan sebelumnya. Dalam hal ini, Rahmad masih bisa lolos dengan 5,07 detik miliknya.
Namun, Veddriq tidak mengalah. Dia tetap lebih cepat dengan 4,98 detik dari Rahmad yang belum berhasil lebih cepat dengan 5,13 detik.
"Kalau menurut saya memang sangat disayangkan, ya, (ketidaklolosan Adi)," kata Veddriq yang juga sedih dengan hasil tak terduga tersebut, dikutip BolaSport.com dari Kompas.id.
"Kami inginnya lolos dua wakil ke babak putaran final. Tetapi, mau gimana lagi. Banyak yang tidak bisa diprediksi, seperti false start. Kalau bertemu satu negara sudah biasa. Di beberapa kompetisi sebelumnya juga sudah terjadi," tandasnya.
"Kita tidak pernah tahu peluang seperti apa," jelas Veddriq soal skenario tertentu yang mungkin bisa membuat Rahmad tetap lolos.
"Jadi prinsipnya yang terbaik itu yang melaju. Harus menang karena siapa tahu peringkat kedua dan ketiga di kualifikasi mereka yang kalah dan isi (fastest loser). Jadi, saya hanya main sesuai yang dilatih saja. Soalnya, ini Olimpiade, bukan ajang Piala Dunia seperti biasa,” tambah atlet 27 tahun itu.
Firasat Veddriq untuk tetap melaju cepat pun benar. Sebab jatah fastest loser Rahmad pada akhirnya tidak bisa diambil.
Editor | : | Agung Kurniawan |
Sumber | : | BolaSport.com, Kompas.id |
Komentar