Hal itu dikarenakan ada skenario tak terduga lainnya yang terjadi pada pemanjat asal Iran, Reza Alipour yang kalah cepat dari David Julian asal Selandia Baru.
Reza Alipour pada akhirnya yang mendapat jatah fastest loser dan tetap lolos ke perempat final berkat 5,06 detik. Ya, dia selisih 0,01 detik lebih cepat dari Rahmad.
Rahmad sendiri pun mengaku sangat sedih dengan kekalahan dalam debutnya di Olimpiade Paris 2024. Maklum, baru sekarang nomor speed panjat tebing dipisahkan sebagai nomor sendiri.
Berbeda dari debut cabor tersebut di Tokyo 2020 dengan hanya memperebutkan medali kombinasi dengan boulder dan lead.
"Nyesek," ungkap Rahmad Adi.
"Tetapi, mau gimana lagi namanya juga kompetisi. Susah jelasin-nya. Terlalu menggebu-gebu."
Padahal, tadi kalau tidak false start, bisa tadi. Pelajaran ini, nunggu empat tahun lagi. Bukan rezeki juga kayaknya," tambah atlet asal Surabaya itu.
Sementara itu, pelatih tim Panjat Tebing Indonesia, Triyatno Santosa yang juga sekaligus ikut menyesalkan kekalahan Rahmad.
False start itu memang tidak terduga. Ini menjadi bagian dari pelajaran untuk Rahmad yang memang tipikal atlet muda, dan antusias tinggi dalam debutnya di sebuah Olimpiade.
Kepala Pelatih Tim Panjat Tebing Indonesia Hendra Basir, kabarnya sempat menegur Rahmad Adi dan memintanya kembali fokus saat melihat sang anak didik terlalu antusias di percobaan pertama kualifikasi.
Apalagi saat latihan, Rahmad Adi dikabarkan sempat menyentuh catatan waktu terbaik pribadinya dengan 4,91 detik.
"Tadi sudah diingatkan juga," tutur Triyatno.
"Tetapi, mau bagaimana, atlet, kan, mungkin terbawa adrenalin," pungkasnya.
Editor | : | Agung Kurniawan |
Sumber | : | BolaSport.com, Kompas.id |
Komentar