Hoki/Kobayashi sebelumnya terjebak dalam grup neraka ganda putra yang berisi 5 pasangan dengan persaingan super gila.
"Saya sudah berlaga sangat intens di Olimpiade, jadi rasanya tidak mungkin kalau mau berharap pulih dengan cepat," kata Takuro Hoki dikutip BolaSport.com dari BadSpi.jp.
"Namun, karena ini adalah turnamen yang akan diadakan di Jepang, tentu saya ingin mempersiapkan diri sebaik mungkin dan mengikuti Japan Open 2024 dengan tujuan untuk benar-benar menikmati pertandingan bulu tangkis," tandasnya.
Hoki/Kobayashi yang pernah merengkuh Juara Dunia 2021 itu, belakangan ini tampil meredup. Mereka belum juara lagi sejak terakhir naik podium tertinggi pada Singapore Open 2023.
Permainan dan serangan mereka sebenarnya tidak menurun, hanya saja terlalu minim variasi dan lemah di pertahanan.
Padahal, kombinasi Hoki/Kobayashi bisa cukup berbahaya kalau mereka sedang mode ganas. Terlebih, Kobayashi merupakan pemain kidal.
Terakhir kali Jepang punya ganda putra dengan berbeda pegangan raket adalah ketika masih punya Hiroyuki Endo/Yuta Watanabe. Duet pasangan senior-junior ini pernah nangkring di peringkat tiga dunia dan menjadi salah satu pasangan terdefensif tapi variatif yang pernah ada dalam dua siklus Olimpiade terakhir.
Endo/Watanabe juga merupakan musuh paling susah yang pernah dtemui oleh mantan ganda putra nomor satu dunia kebanggaan Indonesia, Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo.
Rekor pertemuannya sangat jomplang, menang tujuh kali dalam sembilan perjumpaan lawan Minions. Marcus/Kevin merasakan betul betapa susahnya menembus pertahanan Endo/Watanabe kala itu, di serang di titik manapun, shuttlecock selalu tetap berhasil mereka kembalikan.
Hoki/Kobayashi menganalisis penyebab Jepang masih sulit menemukan duet seperti Endo/Watanabe lagi. Semuanya lebih ke pada tipikal pemain Jepang yang memang cenderung defensif, tidak punya daya ledakan smes yang besar dan kalah pengalaman variasi.
Editor | : | Agung Kurniawan |
Sumber | : | badspi.jp |
Komentar