BOLASPORT.COM - Tunggal putra Jepang sekaligus musuh bulan-bulanan Jonatan Christie, Kanta Tsuneyama ternyata akan segera mundur dari pelatnas setelah mengikuti Japan Open 2024.
Tsuneyama menjadi salah satu kontestan harapan tuan rumah untuk unjuk gigi pada ajang BWF World Tour Super 750 ini.
Dia adalah satu dari enam tunggal putra Negeri Matahari Terbit yang diturunkan untuk memanfaatkan kesempatan berlaga di turnamen kandang.
Adapun lima tunggal putra lainnya adalah Kodai Naraoka yang berstatus unggulan delapan, Kenta Nishimoto, Koo Takahashi, Yushi Tanaka dan Takuma Obayashi.
Tanaka dan Obayashi sudah gugur duluan setelah kandas di babak 32 besar.
Kini tersisa empat wakil yang diharapkan mampu melaju jauh untuk bertarung di babak 16 besar selanjutnya, termasuk Tsuneyama sendiri.
Baca Juga: Japan Open 2024 - Baru Babak Pertama Sudah Banyak Unggulan Tersingkir, Tunggal Putra Paling Ngenes
Dari keempat wakil tunggal putra tersisa tuan rumah, Tsuneyama mungkin yang memiliki latar belakang khusus untuk menempuh perjuangan besar di ajang berhadiah total 13,5 miliar rupiah itu.
Dia tidak sekadar ingin tampil unjuk gigi di hadapan publik sendiri di Yokohama Arena, Kanagawa.
Melansir dari Badspi.jp, kesempatan pertandingan ini juga menjadi ajang terakhir dia berstatus sebagai tim nasional bulu tangkis Jepang.
"Saya membayangkan bahwa lawan saya akan bermain reli, tetapi ternyata saya bisa mengikuti permainan tempo lambat dia," ungkap Kanta Tsuneyama setelah menang atas Kiran George (India) dengan skor 21-19, 21-14.
"Di awal babak pertama, lawan sempat membalikkan serangan. Tapi saya berhasil merusak ritme permainannya dengan menerapkan adu drive dan terus menurunkan bola."
Japan Open 2024 telah diputuskan bakal jadi turnamen terakhir Kanta Tsuneyama sebagai pemain pelatnas NBA (Nippon Badminton Association).
Setelah kompetisi ini berakhir, pemain 28 tahun itu akan resmi mundur dari pelatnas.
"Ini akan jadi turnamen terakhir saya sebagai anggota pelatnas Jepang," lanjut Tsuneyama.
"Daripada memikirkan menang atau kalah, saya memilih untuk menikmati turnamen ini sehingga saya bisa mengakhiri kompetisi ini dengan senyuman. Itu akan jadi hal yang baik."
"Saya mendapat banyak dukungan hari ini, jadi sangat menyenangkan. Saya ingin bermain dengan cara yang bisa diingat banyak orang ke depannya," ujar dia.
Belum diketahui secara pasti apakah keputusan mundurnya Kanta Tsuneyama dari pelatnas Jepang juga berarti dia bersiap untuk pensiun.
Namun sejauh ini, nama Kanta Tsuneyama hanya didaftarkan sampai Korea Open 2024 yang bergulir pekan depan, 27 Agustus - 1 September 2024).
Adapun pada turnamen-turnamen BWF World Tour satu bulan ke depan, Jepang tidak mendaftarkan nama pemain ranking 30 dunia itu untuk berlaga di ajang Taipei Open, Hong Kong Open, sampai China Open 2024.
Sedangkan nama-nama pemain muda di bawah Tsunetama seperti Yushi Tanakan dan Takuma Obayashi, tercatat didaftarkan di turnamen tersebut.
Bila memutuskan pensiun, maka Tsuneyama menyusul langkah kompatriotnya sekaligus mantan nomor satu dunia, Kento Momota, lalu ada tungal putri Sayaka Takahashi dan ganda campuran Naru Shinoya.
Adapun jika masih bermain di kompetisi internasional tetapi berkarier sebagai pemain independen, Tsuneyama bisa jadi mengikuti langkah tunggal putri Nozomi Okuhara yang telah jadi pemain non-pelatnas sejak 2019 silam.
Terlepas dari itu, satu hal yang paling diingat dalam karier Tsuneyama adalah dia berhasil mencuri perhatian ketika mampu menjadi juara French Open 2021.
Itu adalah gelar jaura tertinggi yang pernah diraihnya, di mana pada final dia mengalahkan Chou Tien Chen (Taiwan).
Kemenangan itu sempat membuat Tsuneyama digadang-gadang jadi pengganti Kento Momota yang saat itu sedang terpuruk dan mengalami penurunan prestasi.
Namun, inkonsistensi membuat Tsuneyama belum berhasil menembus peta persaingan tunggal putra elite dunia.
Pemain yang pernah nangkring di peringkat 10 dunia itu juga jadi lawan bulan-bulanan Jonatan Christie.
Sejak 2018 sampai 2023, Tsuneyama tercatat telah bertemu Jonatan lima kali, tetapi tak pernah memenangi satu pun pertemuan tersebut.
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | badspi.jp |
Komentar