“Satu hal yang sering dibicarakan di paddock adalah bahwa Juara Dunia tidak selalu memenangkan gelar dengan hasil terbaiknya," kata Noyes, dilansir BolaSport.com dari Motosan.
"Yang menang adalah pembalap yang paling sedikit melakukan kesalahan atau pembalap yang hari buruknya lebih baik dari hari buruk rivalnya."
"Bagnaia telah meraih sembilan hasil yang cukup buruk, empat nol poin di Sprint dan tiga di balapan panjang, dengan total tujuh nol poin."
"Dalam dua balapan dia hanya mencetak tiga poin, pada satu kesempatan satu poin, pada kesempatan lain dua poin,” ujar Noyes.
Sementara Martin lebih sedikit melakukan kesalahan daripada Bagnaia yang sudah tujuh kali kehilangan poin.
"Martin hanya memiliki lima hasil yang sangat buruk. Empat nol poin, dua di balapan panjang dan dua di Sprint. Dan sekali di Misano, dia hanya mendapat satu poin," kata Noyes.
"Secara total dia telah mencetak 123 poin dalam sembilan balapan terburuknya, hanya kalah dari tiga poin yang dicetak oleh Pecco."
"Dan inilah yang membuatnya, meski tidak memenangkan banyak balapan, tetap menjaga keunggulan sepuluh poin hingga balapan terakhir,” ujar Noyes.
Terlepas hasil pada akhir musim nanti, Noyes merasa bahwa Bagnaia tak mendapatkan pujian yang layak sebagai pembalap juara dunia.
Noyes menjelaskan situasi kejayaan Bagnaia datang di saat Marc Marquez selaku pemilik gelar juara dunia terbanyak saat ini absen setelah mengalami kecelakaan fatal pada tahun 2020 lalu.
Editor | : | Agung Kurniawan |
Sumber | : | Motosan.es |
Komentar