"Saya bisa memahami reaksi orang-orang, tapi dari dalam, sangat penting untuk tetap percaya pada merek yang membawa saya ke posisi saya saat ini."
"Mereka menerima saya pada tahun 2019 ketika saya bukan siapa-siapa. Saya mempunyai kesempatan untuk naik karena saya menjalani dua balapan bagus di Moto2."
"Kami menjadi juara dunia bersama-sama, kami berada di titik terendah pada pertengahan tahun ini, namun saya ingin kembali bersama mereka," kata Quartararo optimistis.
Salah satu gebrakan Yamaha yang makin menguatkan Quartararo bertahan adalah kemauan tim berlogo garpu tala untuk beralih dari mesin inline silinder menjadi V4.
Bartolini yang turut menjadikan proyek yang awalnya bak bayangan samar itu akhirnya menjadi nyata. Namun sang insinyur juga mengingatkan bahwa beralih ke mesin V4 sama saja membuat mesin baru. Butuh waktu bertahun.
"Anda harus memahami bahwa ini bukan hanya tentang penerapan mesin baru. Keputusan untuk menerapkan penggerak V4 berarti membangun sepeda motor MotoGP yang benar-benar baru," jelas Bartolini menegaskan
"Saya ulangi, sepenuhnya."
"Tidak mungkin melihat drive secara terpisah. Dalam prakteknya, tidak mungkin untuk memasukkan mesin yang baru dikembangkan ke dalam motor saat ini dan kemudian mengujinya," tandas Bartolini.
Masa depan Yamaha makin diidamkan karena bersama perubahan besar ini, mereka juga akan kembali memiliki tim satelit, Pramac, mulai 2025.
“Kami sekarang harus mengimplementasikan mesin dengan konsep V4 dan membangun sepeda motor yang sesuai," ucap Bartolinj.
"Setelah semua ini siap, tahap pengujian akan dimulai dan baru setelah itu perbandingan dapat dilakukan antara dua sepeda motor balap yang benar-benar berbeda," ucapnya.
"Hanya ketika kami dapat memastikan keunggulan motor V4 barulah masuk akal untuk memikirkan balapan," ujarnya.
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | Speedweek.com |
Komentar