BOLASPORT.COM - Pembalap Gresini, Marc Marquez, mencuri perhatian pada musim pertamanya dengan motor Ducati.
Sorotan sudah didapat pemegang enam gelar juara dunia MotoGP tersebut sejak memutuskan rela mengakhiri kontrak besar dengan Honda untuk bergabung dengan tim satelit Ducati, Gresini pada 2024.
Pilihan Marquez tidak salah meski dengan menggunakan Ducati tahun lalu, dia bisa mencicipi podium dan kemenangan balapan hingga bisa bersaing dengan pembalap penunggang Ducati lainnya.
Marquez saat ini bahkan sedang memperebutkan posisi ketiga klasemen MotoGP 2024 dengan Enea Bastiniani.
Marquez mengakui bahwa dia belum bisa meraih kemenangan balapan beruntun setelah naik podium kampiun pada MotoGP Aragon dan MotoGP Australia.
"Saya belum pastikan bisa meraih kemenangan beruntun, tetapi mungkin saya sudah dekat. Saya belum berada di level yang memungkinkan saya bertarung di semua balapan tahun ini," kata Marquez dilansir dari MotoSan.
"Sya biasanya hampir selalu berada di empat besar yang merupakan hal yang saya cari."
"Tetapi jika Anda ingin melangkah ke sana, ada balapan di mana saya finis terlalu jauh dari posisi pertama. Untuk satu alasan dan alasan lain, tetapi ya sudahlah."
Jika membandingkan dirinya sekarang dengan musim 2019, pembalap 31 tahun itu mengaku saat itu dia lebih percaya diri daripada sekarang.
Baca Juga: Marc Marquez Masih Masuk Daftar Atlet Spanyol Terkaya meski Kehilangan 18 Juta Euro
"Di sini, di Thailand, Marc pada 2019 tiba dengan selisih hampir 100 poin dibandingkan yang lain, secara fisik juga lebih baik, tetapi kurang matang," aku pembalap berjulukan Semut Cervera tersebut.
"Saya melihat diri saya dengan baik, tetapi bagaimana Anda melihat diri Anda sendiri sangat relatif."
"Anda mengganti motor dan set-up pembalap dan Anda berkata 'sekarang saya merasa sangat baik', dan terkadang Anda tiba di sirkuit dan balapan tidak berjalan sesuai keinginan Anda."
"Itu sangat relatif, saya pikir saya berada di level yang sama dengan 2019 karena saya tidak lebih baik atau lebih buruk, tetapi dengan kekuatan yang berbeda. Pada 2019, kecepatan murni, sekarang saya memiliki lebih banyak pengalaman."
"Saya tidak akan memberi tahu Anda tentang strategi balapan lagi karena Anda bisa menjadi yang terpintar di kelas, tetapi jika Anda tidak memiliki kecepatan, Anda menjadi yang paling bodoh."
"Jika Anda memiliki kecepatan, tiba-tiba Anda menjadi yang paling strategis, paling konsisten.. Itu karena Anda memiliki poin itu."
Saat pertama kali menunggangi Desmosedici, Marquez mengakui bahwa dia lebih menenangkan diri sendiri.
"Ketika Anda membuat keputusan penting seperti itu, Anda memiliki keraguan tertentu. Dan setelah mengendarai motor yang sama selama 10 tahun, saya ragu apakah saya akan tahu cara mengendarai Ducati," tutur Marquez.
"Namun, itu bukan karena saya tidak merasa mampu, melainkan karena saya tidak membuat keputusan. Saya sangat terkejut, karena pada sesi pertama saya sudah merasa sangat baik."
"Itulah salah satu kelebihan saya sebagai pembalap, beradaptasi dengan kondisi saat ini. Setelah itu, peluang untuk peningkatan berbeda, saya lebih suka mencapai puncak dengan cepat."
Marquez lalu menjelaskan fase yang dilaluinya dengan Ducati.
"Prtama adalah memahami cara mengendarai motor itu dan Anda mencoba beradaptasi. Ada saatnya Anda tidak dapat beradaptasi lagi dan Anda mulai mengerjakan apa yang Anda butuhkan agar merasa lebih nyaman," kata Marquez.
Baca Juga: Jiwa Cenayang Casey Stoner Menyebut Marc Marquez Jadi Juara Dunia MotoGP 2025
"Atau di mana saya paling banyak kehilangan. Setelah Anda menjelajahi titik itu, hubungan teknisi-pembalap dimulai. Itu adalah titik transisi lain di tengah fase yang dilalui."
"Begitu Anda mendekati masa-masa kompetitif itu, di situlah Anda menemukan tembok pertama yang rendah dan Anda dapat melompatinya. Anda lalu melompatinya."
"Anda mulai mengeksploitasi detail pengaturan secara lebih teknis. Saya mengatakan itu di Jerez dan Austin."
"Namun, setiap kali temboknya semakin tinggi, sekarang Anda menguji dan kembali dan seterusnya hingga Anda menemukan kuncinya dan melangkah maju."
Selain keluar dari Honda, Marquez juga memecat manajernya, Emilio Alzamora setelah 17 tahun ditangani olehnya.
Nama Jaime 'Jimmy' Martinez, Direktur Marketing Motorsport Red Bull Spanyol, ditunjuk menjadi manajer baru Marc Marquez menggantikan Emilio Alzamora.
"Yang dimaksud bagi saya adalah kebutuhan yang berbeda. Seorang pembalap tidak memiliki kebutuhan yang sama seiring bertambahnya usia," aku Marquez.
"Sering kali, tidak peduli seberapa besar Anda jatuh cinta pada usia 18 tahun, itu tidak berarti bahwa dia adalah wanita dalam hidup Anda."
"Kemudian tibalah saatnya, entah karena momen yang saya alami, atau apa yang saya butuhkan, saya mulai memahami kehidupan pribadi dengan cara yang berbeda."
"Dan Anda harus membuat keputusan tertentu untuk kesejahteraan Anda sendiri. Kami selalu melakukan pekerjaan yang sempurna bersama-sama, tetapi itu adalah kebutuhan berbeda dan saya merasa pada saat itu bahwa saya membutuhkan perubahan."
Marquez lalu ditanya apakah meraih gelar juara dunia lagi apakah misi selanjutnya yang ingin dia capai setelah pada 2025 menjadi pembalap pabrikann Ducati.
"Saya telah mengorbankan delapan ribu hal untuk memperpanjang hidup saya sebagai atlet karena kalau tidak, saya akan mengorbankannya," ujar Marquez.
"Itulah prioritasnya, untuk menemukan sensasi yang menggelitik itu, untuk berbicara tentang gelar lagi, untuk menang lagi jelas semua pembalap di grid mencoba, dan saya akan mencoba."
"Namun bagi saya, memperoleh gelar atau tidak bukanlah kegagalan atau keberhasilan, bagi saya, keberhasilan sudah ada."
"Memiliki masa muda kedua. Tampaknya saya sudah mati dan saya telah bangkit kembali. Gelar akan menjadi puncak kesuksesan."
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | Motosan.es |
Komentar