Saat seri MotoGP Catalunya berlangsung di tempat yang sama pada Mei lalu, dia selalu berhasil menyelesaikan balapannya dengan finis di posisi ke-4 (sprint) dan ke-2 (GP).
"Kita lihat saja bagaimana jalannya akhir pekan nanti, kondisinya akan lebih dingin, yang biasanya lebih cocok untuk saya," kata Martin dikutip Bolasport dari Autosport.
"Dengan suhu yang sangat panas, ini adalah kondisi yang sempurna untuk Bagnaia."
Sementara Bagnaia mesti waspada karena membuat kesalahan di sprint dengan terjatuh pada lap terakhir dan ketika sedang memimpin.
Bagnaia membayarnya dengan memenangi balapan utama. Namun, perlu dicatat bahwa selain Martin, cuma Pedro Acosta (Red Bull GASGAS Tech3) yang bisa melawan.
Fokus Bagnaia dimulai dari diri sendiri, bagaimana agar tidak membuat kesalahan lagi ketika peluangnya berada di ujung tanduk.
"Barcelona adalah sirkuit yang bisa memberi keuntungan begitu besar tetapi juga bisa memberi kerugian yang besar juga," kata Bagnaia, dikutip dari GPone.com.
"Kita tahu betapa kritis sirkuitnya dan betapa mudah untuk melakukan kesalahan di sana. Sangat krusial untuk melakukan segalanya dengan benar."
Jika berhasil membalikkan keadaan, Bagnaia akan bersanding dengan tujuh legenda balap yang mampu mencetak tiga gelar beruntun di kelas para raja.
Sedangkan bagi Martin, dia akan menjadi pembalap tim satelit pertama yang berhasil menjadi juara MotoGP atau di kelas utama sejak Valentino Rossi pada 2001.
Editor | : | Ardhianto Wahyu |
Komentar