Sebab, jika Martin memenangi sprint sebagaimana ketika seri terakhir musim lalu, gelar juara sudah disegel oleh pembalap tim satelit rasa pabrikan Ducati tersebut.
Meski mengakui keunggulan Martin, bukan berarti Bagnaia kehilangan kebanggaan terhadap apa yang dilakukannya musim ini.
Catatan 10 kemenangan balapan utama dalam semusim membuat Bagnaia bersanding dengan nama-nama juara MotoGP seperti Valentino Rossi, Marc Marquez, dan Casey Stoner.
"Maksudnya, kami berdua pantas mendapat gelarnya karena apa yang kami lakukan," kata Bagnaia saat diminta menjelaskan kembali kalimatnya.
"Dalam hal membuat kesalahan, saya banyak melakukannya dan kalau ingin jadi juara kita harus lebih presisi, lebih konsisten, dan Jorge lebih konsisten daripada saya."
"Sementara dalam hal hasil, jelas saya lebih baik karena saya menang 10 kali pada balapan hari minggu dan 6 kali pada balapan hari sabtu."
"Jika hanya berbicara hasil kami sangat baik tetapi kami berdua pantas menjadi juara.
"Jadi maksud saya, saya pikir ini terdengar aneh, tetapi jika Jorge menjadi juara saya ikut senang karena kami akami saling mengenal sejak lama."
Pernah menjadi rekan setim di tim Aspar pada Moto3 2016, Bagnaia dan Martin memang memiliki hubungan yang baik kendati tetap ada drama-drama psywar.
"Saya senang karena seorang pembalap yang saya kenal dengan baik dan dia memiliki gelarnya," tandas murid Valentino Rossi itu.
Editor | : | Ardhianto Wahyu |
Sumber | : | MotoGP.com |
Komentar