Bagi Martin, gelar juara ini juga menjadi penebusan setelah musim lalu hanya menjadi runner-up kejuaraan gegara terjatuh pada balapan terakhir.
Selain itu raihan trofi dari kelas para raja juga menjadi pembuktian kampiun Moto3 2018 itu setelah potensinya berulang kali diragukan.
Menjadi rookie pertama yang ditarik Ducati untuk musim 2021 dan satu-satunya yang langsung dibekali motor pabrikan, Martin selalu tertutupi bayang-bayang pembalap lainnya.
Pada dua musim pertama, yang diwarnai cedera parah hingga mengancam karier, Martin diungguli rival seangkatan, Enea Bastianini, yang akhirnya lebih dahulu mendapat promosi.
Sementara ketika akhirnya unjuk gigi dan mampu memuncaki klasemen pada awal musim ini, Martin tertikung Marc Marquez meski kabarnya sudah diberi janji oleh Ducati.
Pun ketika menjadi penantang gelar musim lalu, Martin masih dicibir karena dianggap cuma unggul dalam sprint yang bukan panggung kompetisi sesungguhnya.
"Saya melakukannya bukan untuk membuktikan Ducati salah. Saya melakukannya untuk diri saya sendiri dan tim," kata Martin.
Martin mengaku sempat mengalami krisis kepercayaan diri. Awal tahun ini, pembalap berusia 26 tahun itu merasakan ketakutan bahwa mungkin dia tidak akan pernah menjadi juara MotoGP.
Akan tetapi, Martin perlahan-lahan dapat mengatasinya. Keberhasilannya untuk menjaga performa tinggi mempertebal keyakinan Martinator saat menghadapi situasi sulit sekalipun.
Dipindahnya seri terakhir ke Catalunya karena bencana banjir yang melanda Valencia selaku tuan rumah mengundang tanda tanya karena level grip lintasannya.
Editor | : | Ardhianto Wahyu |
Sumber | : | GPOne.com |
Komentar