Sudah licin karena aspal yang kurang menggigit, suhu udara juga lebih dingin karena Benua Eropa akan memasuki musim dingin.
Banyaknya opsi ban untuk balapan pun membuat Martin cemas kendati hanya sesaat. Konsentrasi dapat dipulihkannya untuk akhirnya bisa mewujudkan mimpinya.
Gelar juara musim ini makin berarti bagi Martin karena dia mengalahkan pembalap terbaik dari lintas generasi yaitu Marc Marquez dan Francesco Bagnaia.
Bagnaia masih menunjukkan kecepatan yang membuatnya menjadi juara bertahan dalam dua musim terakhir. Hanya blunder sendiri yang menghalanginya untuk menjadi juara.
Sementara Marquez, juara dunia delapan kali, menunjukkan kecepatan tinggi meski dibekali motor lama Ducati.
Walau berulang kali merendah saat ditanya kans juaranya, Marquez memberi ancaman ketika merangkai dua kemenangan beruntun di Aragon dan Misano pada September lalu.
Hanya saja, hasil gagal finis di Mandalika kemudian terjatuh di tengah balapan saat seri di Buriram dan Sepang membuat Marquez mengangkat bendera putih lebih cepat.
"Ini adalah ujung dari sebuah lingkaran karier yang sempurna," kata Martin tentang pencapaian emasnya.
"Saya bisa saja pulang ke rumah besok, meninggalkan (dunia) motor, dan saya akan menjadi manusia paling bahagia di muka bumi."
"Saya termotivasi untuk masa depan saya, seperti yang Pecco bilang kami masih memiliki banyak waktu di depan kami."
"Saya mengalahkan versi terbaik dari Pecco dan versi hebat dari Marc. Saya berhasil mencapai posisi pertama."
"Saya seperti sedang berada di dunia lainnya dan kata-katanya keluar begitu saja," ucap Martin yang masih mengatur emosinya setelah euforia.
Baca Juga: Ucapan Istimewa Dani Pedrosa Kepada Jorge Martin, 'Gelar Juara untuk Seumur Hidup'
Editor | : | Ardhianto Wahyu |
Sumber | : | GPOne.com |
Komentar