"Jika dia berhasil mengalahkan Marc, semua orang akhirnya akan mengakui dia sebagai juara, karena, meski memenangi dua gelar juara, dia belum mendapatkan kredit yang cukup."
Kendati gagal mencetak hattrick gelar, Bagnaia menunjukkan bahwa dirinya pantas dianggap sebagai yang terkuat di MotoGP.
Mengesampingkan deretan blunder yang menjadi batu sandungan, Nuvola Rossa mendominasi dengan 11 kemenangan di balapan hari Minggu dan 7 kali di balapan sprint dari 20 seri.
Adapun bagi Marquez, kemenangan bukan lagi menjadi sesuatu yang normal.
"Saya akan mendapatkan dua kesempatan untuk memenangi gelarnya, tetapi dalam beberapa tahun terakhir saya belajar bahwa menang itu bukan sesuatu yang normal," kata Marquez.
"Hal yang normal adalah finis di posisi kedua, ketiga, atau keempat."
"Untuk menatap musim 2025, satu-satunya cara adalah dengan menjadi cepat di lintasan untuk mencapai target-targetnya."
"Kita berada di MotoGP di mana rekan setim saya menang 11 kali. Semuanya sulit. Tendensinya mengatakan saya sudah menang banyak, tetapi kita ada di masa sekarang."
Marquez sendiri telah menunjukkan bahwa dirinya tidak jauh dari Bagnaia.
Setidaknya dalam tes pasca-musim di Catalunya, Marquez hanya terpaut 0,056 detik dari Bagnaia dalam catatan waktu lap tercepat.
Editor | : | Ardhianto Wahyu |
Sumber | : | Motorsport.com, Gazzetta.it |
Komentar