"PBVSI patut menelaah apakah penurunan ini dikaitkan dengan biaya yang harus dikeluarkan oleh tiap klub," tulis SBY melalui akun media sosial X pada Sabtu (14/12/2024).
"Kalau jumlahnya makin besar atau kelewat besar, saya kira klub yang ada sulit untuk membiayainya."
"Tidak semua klub memiliki kemampuan pembiayaan yang tinggi. Klub-klub yang dibentuk oleh BUMN tertentu, pasti memiliki batas anggaran yang bisa dikeluarkan."
"Termasuk tentunya LavAni yang pembiayaannya atas dasar sponsorship."
"Beredar luas pula bahwa salary atau gaji untuk pemain asing juga memiliki peningkatan yang sangat tajam, di luar kemampuan klub-klub yang ada di Tanah Air."
"Saya menyarankan agar PBVSI memikirkan adanya salary cap atau batas maksimal gaji bagi pemain asing."
SBY menilai gaji pemain asing yang sangat besar justru menimbulkan kesenjangan yang makin tinggi dengan atlet lokal yang prestasinya juga tidak selalu kalah baik.
Karena nominalnya tidak dibatasi, SBY merasa patut diduga dampaknya terhadap demotivasi di kalangan klub bola voli karena merasa tidak mampu lagi untuk bersaing di Proliga.
"Untuk kita ketahui bersama, kebijakan menetapkan salary cap ini juga lazim diterapkan di negara-negara lain," sambung Presiden RI ke-6 itu.
"Hal lain yang perlu diatur oleh PBVSI, termasuk segi-segi pengawasan, adalah kepatuhan klub bola voli untuk menghormati kontrak antara atlet dengan klub bola voli."
Editor | : | Ardhianto Wahyu |
Sumber | : | Antara.com |
Komentar