"Kita semua harus menghormati kontrak tersebut dan jangan sampai pihak tertentu melakukan pemaksaan dan pelanggaran kontrak dengan menggunakan 'kekuasaan'."
SBY juga menyoroti kebijakan PBVSI tentang ketentuan penggantian atlet asing dan atlet lokal di Proliga 2025.
Musim depan, tim bisa melakukan pergantian hingga 3 pemain lokal dan 2 pemain asing sebelum putaran pertama final four dari semula masing-masing 1.
SBY mengatakan perlu ada penjelasan dari PBSI tentang alasan perubahan itu agar tidak timbul dugaan yang tidak baik.
"Jangan sampai ada pandangan aturan tersebut diubah untuk kepentingan klub-klub tertentu," sambung tokoh asal Pacitan ini.
"Ibarat dalam kehidupan bernegara, tentu juga tidak tepat kalau sebuah konstitusi dan undang-undang diubah hanya untuk memenuhi kepentingan orang seorang atau kelompok tertentu."
Terakhir, SBY menyoroti besarnya hadiah uang tunai yang diterima oleh atlet dan klub berprestasi, khususnya di Livoli Divisi Utama yang diikuti klub-klub bola voli tradisional.
LavAni menerima uang hadiah pembinaan sebesar 50 juta rupiah saat menjuarai Livoli Divisi Utama 2024, sepertiga dari hadiah Proliga 2024.
Adapun penghargaan untuk pemain terbaik Livoli hanya sebesar Rp 1 juta untuk kategori-kategori khusus dan Rp 1,5 juta untuk MVP turnamen.
Sementara untuk Proliga 2024 hadiah individu adalah Rp 10 juta untuk kategori-kategori khusus dan Rp 25 juta untuk sang MVP.
"Masyarakat berpendapat besaran hadiahnya sangat kecil untuk diterima oleh atlet-atlet yang berprestasi pada tingkat nasional," sambung SBY.
"Apalagi kalau dibandingkan dengan insentif bagi sebagian atlet asing yang jumlahnya sangat fantastis. Semoga PBVSI berkenan untuk memperbaiki kebijakan ini.
Editor | : | Ardhianto Wahyu |
Sumber | : | Antara.com |
Komentar