BOLASPORT.COM - Pendiri tim bola voli LavAni, Susilo Bambang Yudhoyono, mengkritisi soal kebijakan gaji pemain asing pada Proliga.
Pemain asing yang direkrut dikabarkan tidak memiliki batasan soal bayaran yang diterima.
Rumor beredar bahwa pemain asing yang akan berlaga di Proliga 2025 mengalami kenaikan bayaran yang cukup tinggi.
Susilo Bambang Yudhoyono mengaitkannya dengan berkurangnya jumlah kontestan divisi putra pada Proliga 2025.
Bagaimana tidak? Divisi putra akan mengalami penurunan dalam hal persaingan karena tiga tim memilih tidak ikut berkompetisi.
Tiga tim tersebut adalah Jakarta STIN BIN, Jakarta Pertamina Enduro, dan Kudus Sukun Badak.
Dua tim di atas yakni Jakarta STIN BIN dan Jakarta Pertamina Enduro merupakan tim yang berada di bawah naungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Alhasil, divisi putra hanya diikuti oleh lima tim saja dengan salah satunya adalah tim bentukan PBVSI untuk pemain timnas kelompok umur yakni Jakarta Garuda Jaya.
Mengesampingkan Surabaya Samator yang comeback, hanya tersisa LavAni, Jakarta Bhayangkara Presisi, dan Palembang Bank SumselBabel yang dari jajaran tim putra musim lalu.
"PBVSI patut menelaah apakah penurunan ini dikaitkan dengan biaya yang harus dikeluarkan oleh tiap klub," tulis SBY melalui akun media sosial X pada Sabtu (14/12/2024).
"Kalau jumlahnya makin besar atau kelewat besar, saya kira klub yang ada sulit untuk membiayainya."
"Tidak semua klub memiliki kemampuan pembiayaan yang tinggi. Klub-klub yang dibentuk oleh BUMN tertentu, pasti memiliki batas anggaran yang bisa dikeluarkan."
"Termasuk tentunya LavAni yang pembiayaannya atas dasar sponsorship."
"Beredar luas pula bahwa salary atau gaji untuk pemain asing juga memiliki peningkatan yang sangat tajam, di luar kemampuan klub-klub yang ada di Tanah Air."
"Saya menyarankan agar PBVSI memikirkan adanya salary cap atau batas maksimal gaji bagi pemain asing."
SBY menilai gaji pemain asing yang sangat besar justru menimbulkan kesenjangan yang makin tinggi dengan atlet lokal yang prestasinya juga tidak selalu kalah baik.
Karena nominalnya tidak dibatasi, SBY merasa patut diduga dampaknya terhadap demotivasi di kalangan klub bola voli karena merasa tidak mampu lagi untuk bersaing di Proliga.
"Untuk kita ketahui bersama, kebijakan menetapkan salary cap ini juga lazim diterapkan di negara-negara lain," sambung Presiden RI ke-6 itu.
"Hal lain yang perlu diatur oleh PBVSI, termasuk segi-segi pengawasan, adalah kepatuhan klub bola voli untuk menghormati kontrak antara atlet dengan klub bola voli."
"Kita semua harus menghormati kontrak tersebut dan jangan sampai pihak tertentu melakukan pemaksaan dan pelanggaran kontrak dengan menggunakan 'kekuasaan'."
SBY juga menyoroti kebijakan PBVSI tentang ketentuan penggantian atlet asing dan atlet lokal di Proliga 2025.
Musim depan, tim bisa melakukan pergantian hingga 3 pemain lokal dan 2 pemain asing sebelum putaran pertama final four dari semula masing-masing 1.
SBY mengatakan perlu ada penjelasan dari PBSI tentang alasan perubahan itu agar tidak timbul dugaan yang tidak baik.
"Jangan sampai ada pandangan aturan tersebut diubah untuk kepentingan klub-klub tertentu," sambung tokoh asal Pacitan ini.
"Ibarat dalam kehidupan bernegara, tentu juga tidak tepat kalau sebuah konstitusi dan undang-undang diubah hanya untuk memenuhi kepentingan orang seorang atau kelompok tertentu."
Terakhir, SBY menyoroti besarnya hadiah uang tunai yang diterima oleh atlet dan klub berprestasi, khususnya di Livoli Divisi Utama yang diikuti klub-klub bola voli tradisional.
LavAni menerima uang hadiah pembinaan sebesar 50 juta rupiah saat menjuarai Livoli Divisi Utama 2024, sepertiga dari hadiah Proliga 2024.
Adapun penghargaan untuk pemain terbaik Livoli hanya sebesar Rp 1 juta untuk kategori-kategori khusus dan Rp 1,5 juta untuk MVP turnamen.
Sementara untuk Proliga 2024 hadiah individu adalah Rp 10 juta untuk kategori-kategori khusus dan Rp 25 juta untuk sang MVP.
"Masyarakat berpendapat besaran hadiahnya sangat kecil untuk diterima oleh atlet-atlet yang berprestasi pada tingkat nasional," sambung SBY.
"Apalagi kalau dibandingkan dengan insentif bagi sebagian atlet asing yang jumlahnya sangat fantastis. Semoga PBVSI berkenan untuk memperbaiki kebijakan ini.
Editor | : | Ardhianto Wahyu |
Sumber | : | Antara.com |
Komentar