"Tentunya ini bukan semata-mata keinginan pelatnas. Saat memanggil ke pelatnas, kami mengomunikasikan. Tidak hanya keegoisan pelatnas. "
"Saat menarik Dejan ke pelatans, awalnya kami ingin menarik Gloria juga, tetapi melihat dari usia mungkin tidak sampai kesana."
"Programnya berbeda tetapi ternyata ada permintaan lain dari klub sehingga yang masuk pelatnas hanya Dejan."
Soal apakah bongkar pasang pemain akan menyulitkan untuk target peringkat, mantan pelatih ganda putri PBSI itu menjelaskan rencananya.
"Contohnya Apriyani/Fadia bagian dari rencana, jadi tidak pasti Apriyani dan Fadia sebagai pasangan tetap. Pada saat dicoba pertama kali hasil langsung signifikan sehingga tidak mungkin juga kami bongkar," aku Eng Hian.
"Sama juga dengan Dejan/Fadia atau Rinov/Lisa. Perubahan itu dilihat dari sudut pandang pelatih, kebutuhan fisik dan segala macam dan lihat siapa yang cocok."
"Sama saat Dejan/Fadia atau Rinov/Lisa di awal dicoba dan hasilnya bagus. Kemungkinan tidak akan dipisah lagi karena sayang poin kecuali di awal hasilnya kurang memuaskan."
"Saya dan pelatih juga diskusi dan komunikasi bagaimana mengevaluasi mengenai rentang waktu 3-6 bulan hasilnya tercapai. Kalau tidak tercapai, konsekuensinya apa."
"Jadi, kalau hasilnya sesuai dengan yang diharapkan sudah bagus akan jalan terus."
Eng Hian menolak bahwa sektor ganda campuran di Indonesia melemah karena sudah mulai melakukan perubahan pasangan menjelang akhir 2024.
"Kalau dibilang lemah tidak karena kita lihat back-upnya sudah mulai naik. Challenge ke atas menguasai," ujar Eng Hian.
"Menuju Olimpiade masih ada empat tahun setelah memutuskan pelatih, kami interview sejauh mana rencana mereka."
"Ganda campuran memang mulai dari awal tapi gebrakannya sudah bagus. Pada 2025 targetnya seperti apa."
"Dasarnya sudah ada tinggal bagaimana mereka mendorong mencapai target yang diharapkan sehingga saat Olimpiade 2028 bisa mencapai maksimal kuota (dua pasang."
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar