BOLASPORT.COM - Pebulu tangkis tunggal putra Indonesia, Jonatan Christie, harus puas menjadi runner-up pada Indonesia Masters 2025.
Tampil di hadapan pendukung sendiri, di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (26/1/2025), Jonatan kalah dari Kunlavut Vitidsarn (Thailand), 21-18, 17-21, 18-21.
Melalui hasil ini, peraih medali perak Olimpiade Paris 2024 itu memperbaiki rekor pertemuan dengan Jonatan menjadi 2-4.
Jonatan mencatat perkembangan hasil lebih baik dari dua turnamen sebelumnya meski level turnamen yang diikutinya menurun.
Pada Malaysia Open 2025 (Super 1000) pemain yang akrab disapa Jojo itu terhenti pada babak pertama lalu semifinal India Open 2025 (Super 750) dan Indonesia Masters (Super 500).
Setelah gagal, Jonatan membidik mempertahankan gelar pada All England Open 2025, Maret mendatang.
"Ya, saya rasa dari setelah pertandingan India Open trennya cukup positif dan kembali semifinal, final, tetapi itu masih belum cukup," kata Jonatan kepada media termasuk BolaSport.com.
"Akhir tahun lalu saya mencapai semifinal 4 kali, final 2 kali dan awal tahun ini pun juga sama semifinal di India dan kali ini final lagi."
"Jujur saya merasa gagal karena memang dari awal target saya pribadi, pelatih juga sebenarnya ingin juara pada Indonesia Masters. Dengan ada kesempatan hari ini, saya belum bisa memaksimalkan kesempatan tersebut."
"Begitu juga dengan beberapa pertandingan final kemarin. Mengeksekusinya juga kurang baik."
"Bisa bilang untuk pertandingan kali ini saya merasa gagal, tetapi ada sisi positif juga yang bisa saya raih untuk bekal menuju pertandingan berikutnya."
"Setelah ini untuk All england masih ada waktu persiapan satu bulan lebih. Persiapannya jauh lebih banyak dibanding kemarin setelah World Tour Finals 2024."
"Jadi saya harap kepercayaan diri dari di lapangannya bisa timbul dan bisa menjadi satu hal yang saya bawa nanti."
Di balik performanya, Jonatan juga menyoroti pemain pelapis di bawahnya setelah menjadi tunggal putra satu-satunya yang melangkah jauh pada Indonesia Masters 2025.
"Itu menjadi PR (Pekerjaan Rumah) untuk tim di tunggal putra. Mungkin juga dengan pergantian pengurus, pelatih juga, dan mungkin masih ada penyesuaian," ucap Jonatan.
"Dan ya saya rasa harus bisa lebih banyak mempromosikan pemain junior. Seperti Alwi (Farhan), (Yohanes) Saut Marcellyno, dan Ubed (Muhammad Zaki Ubaidillah) harus segera lebih banyak diberi jam terbang menurut saya."
"Maksudnya jangan dilihat hasilnya dulu. Diberi jam terbangnya dulu agar mereka merasakan bertemu pemain-pemain top yang levelnya di atas dan meraskan bagaimana dia melakukan perlawanan."
"Bagaimana dia mengevaluasi permainan sehingga itu yang mungkin akan menimbulkan kepercayaan diri kepada mereka gitu baru. Dari situ pelan-pelan kita coba lihat hasilnya."
"Jadi jangan sekali dikirim, dua kali dikirim, langsung lihat hasil. Kalah pertama kedua, terus besoknya langsung tidak dikirim lagi. Itu justru membuat anak-anaknya jadi tidak bisa percaya diri."
Jonatan menjelaskan bahwa itu menjadi catatan untuk tim pelatih dan pengurus.
"Pemain junior harus bisa lebih cepat dipromosikan karena dulu saya juga seperti itu. Saya ingat sekali balik saat di pelatnas tidak ada senior, mau tidak mau memang kami harus didorong untuk terus ikut pertandingan," tutur Jonatan.
"Walaupun mungkin masih main dari babak kualifikasi, pertama kalah, tetapi pelan-pelan ketika kami sempat sekali menyentuh perempat final dan mengalahkan pemain A, B, C timbul percaya diri."
"Jadi itu yang saya rasa perlu. Prosesnya itu juga yang kita perlu tunggu dari anak-anak yang muda juga."
Indonesia gagal mempersembahkan gelar setelah Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto (ganda putra) juga menjadi runner-up.
Fajar/Rian kalah dari Man Wei Chong/Kai Wun Tee, 11-21, 19-21.
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | BolaSport.com |