Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Menyongsong Asian Games 1962, Bung Karno pun membentuk badan-badan Organisasi Penyelenggara Asian Games IV di Jakarta dengan nama Dewan Asian Games Indonesia (DAGI).
Dalam kaitannya mengosongkan lahan Senayan, pada pertengahan tahun 1959 petugas lapangan DAGI yang dibentuk Bung Karno diturunkan untuk membebaskan tanah, melakukan pembongkaran, pemindahan, dan juga penampungan penduduk.
Usai diberikan pengertian dan ganti rugi, warga kampung Senayan yang sebagian besar korban penggusuran proyek kota satelit Kebayoran Baru dipindahkan ke perumahan baru di Tebet, Slipi, dan Ciledug.
Konstruksi pun dimulai pada 8 Februari 1960 dengan Presiden Sukarno yang meletakkan tiang pancang pertama proyek pembangunan stadion itu.
Sementara itu pemancangan tiang keseratus secara simbolis dilakukan Perdana Menteri Uni Soviet, Nikita Kruschev.
Peran Uni Soviet jelas sangat besar dalam pembangunan Stadion GBK mengingat mereka memberi bantuan kredit lunak sebesar 12,5 juta dolar AS.
Dalam merancang stadion tersebut, Presiden Soekarno bersikeras meminta arsitek Uni Soviet untuk membuat atap temu gelang (joined ring).
Ide itu terinspirasi dari kunjungannya ke Mexico City saat melihat air mancur di halaman Museo Antropologia de Mexico.
(Baca Juga: Sejarah Hari Ini, Debut Manis Cristian Gonzales di Timnas Indonesia)
"Saya memerintahkan kepada arsitek-arsitek Uni Soviet, bikinkan atap temu gelang daripada main stadium yang tidak ada di lain tempat di seluruh dunia," ucap Presiden Soekarno kepada para olahragawan di pemusatan latihan Asian Games keempat, 22 Agustus 1962.