Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
pasal yang cukup ketat ini sempat menjadi kontroversi di Liga Singapura, khususnya para klub peserta S-League.
Namun, klub-klub Liga Singapura mengambil kebaikan atas aturan baru yang banyak dinilai penuh kontroversial itu.
Klub-klub Negeri Singa memberlakukan kebiasaan baru bagi mereka dalam mengontrak pemain, khususnya yang berusia.
Selama lebih dari satu dekade, Tampines Rovers menjadi salah satu klub unggulan S-League dengan kesuksesan di kompetisi domestik.
Namun, Ths Stags sejauh ini dinilai menghilangkan ”akar” pembinaan sepak bola negerinya.
(Baca juga: Klub Elite Thailand yang Incar Evan Dimas Kontrak Pemuda Berbakat Berusia 18 Tahun dari Laos)
Kini dengan aturan baru di Liga Singapura yang membatasi usia pemain, Tampines Rovers punya kebijakan baru dan sangat visioner.
Menurut Chairman Tampines Desmond Ong, sekitar setengah dari 24 pemain klubnya untuk tahun depan akan dikontrak jangka panjang.
Mereka mayoritas punya kontrak tiga tahun dan seperempatnya melakukan transaksi dengan durasi kerja sama dua tahun.
Duo klub S-League lainnya, Balestier Khalsa dan Hougang United juga telah menawarkan kontrak jangka panjang bagi pemain mereka.
(Baca juga: Beda Kasus dengan Pemain Indonesia, tetapi Duo Pilar Singapura Ini Gagal Gabung Klub Malaysia)
Artinya, hal ini menunjukkan pergeseran kebiasaan yang menuju keamanan finansial yang lebih baik bagi pemain profesional lokal.
Ini jauh berbeda dari tahun-tahun sebelumnya ketika kesepakatan kontrak untuk pemain hanya 10 atau 11 bulan saja.
Namun semua kebijakan baru klub Singapura ini buah dari kombinasi aturan baru Federasi Sepak Bola Singapura (FAS).
Mereka telah mengamankan dana untuk S-League dalam lima tahun ke depan.
Dengan aturan kuota usia pemain yang baru diperkenalkan, hal iyu telah mendorong klub untuk mengunci pemain untuk waktu yang lebih lama.
Enam klub lokal Liga Singapura akan menerima subsidi di bawah 900 ribu dolar Singapura atau setara 9,1 miliar rupiah.
Dana itu kurang dari 20 persen dibanding subsidi pada 2017, namun sebagian besar akan digunakan untuk gaji pemain.
Klub S-League memiliki skuat dengan kekuatan antara 19 dan 25 pemain.
(Baca juga: Resmi, Penyerang Timnas U-23 Thailand Gabung Klub Swiss)
Hal ini memungkinkan manajemen klub seperti Tampines Rovers untuk fokus pada stabilitas keuangan mereka, kata Ong, pria yang juga mengelola firma hukum JLC Advisors ini.
”Sekarang, klub bisa melakukan perencanaan jangka menengah hingga panjang. Saya pikir para pemain juga menghargai hal itu."
Di Tampines, ada tiga model berbeda untuk transaksi kontrak multi tahun.
Yang pertama melihat peningkatan tahun ke tahun antara delapan dan 10 persen kenaikan nilai kontrak.
(Baca juga: Eks Bek Bayern, AC Milan, dan Liverpool Resmi Tangani Lawan Persija pada Turnamen di Malaysia)
Lalu yang kedua, terutama untuk pemain muda, mencakup ulasan akhir tahun dimana klub dan pemain dapat menyetujui penyesuaian kontrak.
Yang ketiga, untuk pemain senior, dipatok dengan gaji tetap untuk keseluruhan kontrak.
Hal ini dimengerti bahwa sebagian besar pemain yang memilih untuk tetap bersama Tampines pada kesepakatan multi-tahun dan siap menerima pemotongan gaji.
Ini masuk akal terutama bagi pemain-pemain lama atau tidak yang mulai mendekati usia pension, menurut gelandang Warriors FC, Syaqir Sulaiman.
Kini, Sulaiman juga melakukan negosiasi kontrak dengan klubnya untuk musim 2018.
”Beberapa pemain yang lebih tua mulai melatih di akademi swasta. Akademi ini terkadang bersikeras Anda harus datang sebagai pelatih penuh waktu,” tutur Sulaiman.
"Kontrak tiga tahun memberi stabilitas kepada pemain dan rasa aman. Itu menunjukkan bahwa klub menghargai saya dan menginginkan saya,” ucap pemain 31 tahun ini dikutip BolaSport.com dari Straitstimes.
Pada S-League, pemain internasional Singapura memperoleh antara 5 ribu sampai 10 ribu perbulan atau setara 50 sampai 100 juta.
(Baca juga: 5 Fakta Jaimerson da Silva, Calon Bek Persija, dan yang Nomor Dua Terkait dengan Degradasi)
Nilai itu sebanding dengan gaji pemain asing.
Sementara itu, pemain U-23 lokal yang memulai karier pro mereka mendapatkan gaji antara 5 sampai 25 juta rupiah per bulan.
Hougang United telah menawarkan kontrak dua tahun untuk lima pemain dari skuat U-22 mereka.
Manajer Umum Hougang United, Matthew Tay percaya kontrak jangka pendek akan menjadi sesuatu dari masa lalu karena S-League akan jatuh tempo.
Klub lebih terbuka dan berpikir dengan perencanaan lebih jauh, tapi mereka membutuhkan kebijakan untuk memproduksi pemain dan tidak menerima begitu saja.
A post shared by BolaSport.com (@bolasportcom) on
Desmond Ong meyakini ada manfaat bagi kedua belah pihak dengan menawarkan kontrak untuk stabilitas pemain ini.
”Sebelumnya, beberapa pemain sangat tidak profesional. Mereka menandatangani kontrak 12 bulan saja, karena baru naik ke tim senior.”
”Tetapi kemudian pada Desember, setelah musim usai, mereka tidak ingin melanjutkan karier pada klub yang sama. Mereka memulai latihan dengan klub baru setelah merasa punya nilai jual,” ucap Ong.
Hal ini diakui Ong membuat banyak klub marah karena merasa tak dihargai setelah sukses membesarkan nama sang pemain.
Namun, kontrak jangka panjang juga bisa membuat perkembangan pemain jadi apatis.
Ini merupakan komentar dari pelatih Geylang International dan juga mantan pemain sayap timnas Singapura, Noor Ali.
Klubnya menawarkan kontrak dua tahun untuk lebih dari setengah pengisi skuat mereka pada awal 2016.
Namun dari semua pemain tersebut, hanya winger Shawal Anuar yang ditawari perpanjangan sampai 2018.
Para pemain yang dikontrak jangka panjang dikatakan Ali justru permainannya stagnan karena mungkin merasa sudah aman secara finansial.
Eagles, julukan Geylang, akan kembali ke kesepakatan 11 bulan kontrak untuk musim 2018.
Noor mengatakan: ”Kami menyadari bahwa kontrak satu tahun lebih baik dan lebih lapar."
Manajer Umum Warriors FC, Paul Poh setuju dengan Ali, dengan mengatakan: ”Kami belajar dari pengalaman bertahun-tahun yang menawarkan kontrak pemain tahun demi tahun dan itu lebih baik.”
”Kami menggunakan data kinerja dari Instat (alat analisis statistik) untuk menilai kinerja pertandingan secara keseluruhan, termasuk jumlah cedera, kartu kuning dan merah, serta kinerja dalam latihan,” ucapnya.