Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Pada 2015, Piala presiden hadir menjadi pelipur lara sepak bola Indonesia yang tengah ditimpa masalah bertubi-tubi.
Saat itu, FIFA membekukan status keanggotaan Indonesia karena adanya intervensi pemerintah di tubuh PSSI.
Penyelenggaraan sebuah turnamen nasional bertajuk Piala Presiden pun digagas untuk mengobati keriunduan masyarakat akan sepak bola.
Kini, setelah kompetisi resmi kembali bergulir di Indonesia, Piala Presiden pun beralih fungsi menjadi turnamen pra musim.
Namun tak seperti turnamen pra musim lain di dunia yang kerap diperlalukan sebagai pengisi jeda anatar kompetisi dan ajang menjajal kemampuan pemain, ambisi klub-klub Indonesia untuk menjuarai Piala Presiden demikian besar.
Hal ini terbukti dengan hampir tak adanya klub yang memakai pemain lapis kedua dalam Piala Presiden 2018.
Bahkan Bali United dan Persija Jakarta yang juga tengah mengikuti kompetisi level Asia, Piala AFC, di saat yang sama tetap berusaha untuk memakai kekuatan penuh di Piala Presiden.
Gengsi yang sedemikian besar untuk menjadi juara turnamen berdampak pada sengit dan kompetitifnya setiap laga yang tersaji di Piala Presiden.
Pada akhirnya, setiap laga sanggup menjadi tontonan seru dan berkualitas yang disambut antusiasme yang luar biasa dari masyarakat.
Hal ini dibuktikan dengan banyaknya supporter yang memenuhi bangku-bangku stadion tiap pertandingan.