Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Status Quo dan Kerugian Penerapan Aturan Financial Fair Play bagi Klub-klub Eropa

By Thoriq Az Zuhri Yunus - Sabtu, 2 September 2017 | 19:19 WIB
Neymar diperkenalkan sebagai pemain baru Paris Saint-Germain (PSG), Jumat (4/8/2017). (LIONEL BONAVENTURE/AFP)

Bursa transfer musim panas telah usai dengan meninggalkan banyak cerita yang tercatat dalam buku sejarah dunia.

Cerita paling terkenal tentu saja pindahnya mahkota pemain termahal dunia dari Paul Pogba ke megabintang Barcelona, Neymar Jr.

Sang penari asal Brasil itu beranjak dari Catalan menuju Paris Saint-Germain (PSG) dengan mahar 222 juta euro, uang yang tak sedikit bagi klub sepak bola.

Gunjingan sana-sini mengemuka, bagaimana PSG bisa mengeluarkan dana sebesar itu tanpa melanggar peraturan Financial Fair Play (FFP)?

Tidak, tulisan ini tak akan membahas tentang hal itu.

Tulisan ini akan lebih membahas tentang FFP dan salah satu kerugian yang ditimbulkan dalam dunia si kulit bundar.

Sebelum masuk lebih jauh, jadi apa sebenarnya FFP itu?

Secara singkat, FFP memaksa sebuah klub sepak bola di Eropa tak boleh mengeluarkan biaya lebih banyak dari pendapatan yang mereka terima.

Ada beberapa poin seperti berapa kerugian maksimal yang boleh dialami sebuah klub dalam satu tahun dan sebagainya, tapi itu cuma tambahan saja.

Pengeluaran klub yang dimaksud adalah dana yang harus dikucurkan untuk gaji, pembelian pemain, dan kelangsungan hidup klub sehari-hari.