Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Uang yang dikeluarkan untuk pembangunan infrastruktur, pengembangan pemain muda, dan peningkatan fasilitas latihan tak diikutkan dalam perhitungan FFP.
Pengeluaran ini harus seimbang dengan pemasukan klub yang antara lain diperoleh dari sponsor, hak siar, penjualan tiket, dan uang hadiah kompetisi.
Sekarang para pemilik klub tak bisa seenaknya merogoh kantong mereka untuk membeli pemain atau menutup kerugian yang dialami klub.
Jadi kalau begitu, FFP adalah hal yang bagus, dong?
Di satu sisi, tentu saja.
Tujuan awal FFP memang untuk membebaskan klub dari neraca merah agar tak ada yang menjadi korban dari kegagalan ekonomi sepak bola.
Tengok saja Leeds United di medio awal 2000-an, yang sempat berjaya di Inggris, punya pemain-pemain hebat, bertarung dengan gagah di Liga Champions, nyatanya harus gigit jari ketika hutang menumpuk tak bisa dibayarkan sehingga mereka harus dinyatakan pailit.
Leeds contoh ekstrim, tetapi laporan asosiasi sepak bola Eropa (UEFA) pada tahun 2009 menyebutkan lebih dari setengah klub-klub Eropa mengalami kerugian.
FFP adalah harapan UEFA untuk menyelamatkan klub-klub tersebut agar tak masuk jurang kebangkrutan dan tak ada klub yang seenak jidat menggunakan uang pemilik untuk membangun sebuah super baru tanpa peduli neraca keuangan.
Namun dengan segala hal positif yang dihasilkan oleh FFP, seperti dua sisi mata uang, ada saja kerugian yang bisa timbul karenanya.