Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Nah, problem berikut di GBK adalah sumber daya manusia.
Pada pembukaan kembali SUGBK adalah beberapa steward yang ada, tidak mengerti benar tata letak stadion yang baru.
Lalu, tidak ada cukup steward untuk mengarahkan para penonton ke tempat duduk mereka.
Menurut reguasi FIFA, seharusnya ada satu steward per 250 penonton di low-risk match dengan peningkatan rasio 1 per 100 penonton di laga-laga di mana tingkat keamanannya lebih tinggi.
Akhirnya, beredar cerita bahwa orang-orang duduk tidak sesuai dengan nomor dan mengusir mereka dengan nomor duduk yang benar.
"Steward mengurangi kemungkinan terjadinya keributan dan menyediakan sarana untuk menyelidiki, melapori, dan beraksi pada keadaan darurat. Steward juga harus selalu memastikan kenyamanan penonton di semua kategori," tulis panduan tadi.
A post shared by TROLL Football Indonesia (@trollfootball.indonesia) on
Lebih tak elok lagi, beberapa oknum petugas keamanan bahkan tertangkap kamera mengambil tempat duduk di bagian disabilitas tribune utara.
Hal ini tentu bisa dihindari dengan steward yang tegas dan profesional.
Kita lalu masuk ke bagian penumpukan penonton di bagian-bagian tertentu stadion.
Karena minimnya sarana ibadah kami sholat di Selasar, tempat wudhupun ga ada... #CeritaGBK pic.twitter.com/GLMolOwAbp
— Cah Kerjo (@Ech4Ikan) January 15, 2018
Tempat wudhu dan musholla kurang memadai. Petugas keamanan sendiri bahkan harus mengantre panjang untuk menunaikan ibadah.