Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Menunggu Bantuan Pemerintah untuk Basmi Kekerasan Suporter di Indonesia

By Firzie A. Idris - Minggu, 14 Oktober 2018 | 21:46 WIB
Seorang suporter nyaris baku-pukul dengan pemain cadangan Persebaya Surabaya yang sedang berlatih di lapangan Stadion Kanjuruhan, Kepanjeng, Kabupaten Malang, Sabtu (6/10/2018) sore WIB. (NDARU WIJAYANTO/TRIBUNJATIM.COM)


Turnstile berkamera yang dipasang di Stadion Luzhniki. Pemasangan kamera yang terintegrasi dengan monitor keamanan itu memastikan tak ada oknum pembuat masalah yang masuk daftar cekal bisa menyelinap masuk ke stadion.(FIRZIE A. IDRIS/BOLASPORT.COM)

***

Pemerintah Inggris mengeluarkan Government’s Guide to Safety at Sports Ground (Green Guide), sebuah kitab yang menetapkan segala aspek tentang keamanan stadion sepak bola.

Kitab itu menjadi panduan bagi semua klub profesional di Inggris dan berisi syarat-syarat yang harus dipenuhi agar klub mendapat sertifikat keamanan.

Pemerintah lokal mengeluarkan dan memonitor sertifikat tersebut.

Green Guide versi pertama terbit pada 1973 menyusul Tragedi Ibrox di mana 66 suporter Rangers meninggal dunia karena terhimpit di tangga keluar stadion.

Namun, beberapa insiden berdarah di Inggris tetap terjadi. Sebut saja Tragedi Bradford (56 meninggal) dan Tragedi Heysel (39 meninggal) pada 1985 disusul oleh Tragedi Hillsborough pada 1989 (96 meninggal).

Perubahan paling ketara baru dirasakan setelah Tragedi Hillsborough.

Dalam dua dekade sejak edisi ketiga Green Guide dikeluarkan menyusul meninggalnya 96 suporter Liverpool tersebut, 30 stadion baru dibangun di Inggris.


Polisi Inggris memisahkan fans Manchester United dari fans Manchester City seusai berakhirnya laga Liga Inggris antara Manchester City dan Manchester United di Stadion Etihad, Mancehster, pada 20 Maret 2016.(OLI SCARFF/AFP)

Sebagian klub menjual stadion lama, biasanya ke developer rumah hunian, dan membangun stadion baru yang memenuhi standar keamanan Green Guide. Sisanya meruntuhkan tribune berdiri menjadi stand duduk.

Tentu, masih ada beberapa hal lain yang membantu Inggris memenangi kekerasan suporter. Hal itu datang dari para pendukung sendiri dan juga dari momen di lapangan.

(Baca Juga: 5 Langkah Liga Inggris untuk Perangi Kekerasan Suporter)

Henry Winter, kolumnis ternama Inggris pernah menulis di Telegraph bahwa pengawasan mandiri oleh fans, terbitnya majalah suporter, berdirinya asosiasi suporter, bergulirnya Premier League, dan tangisan Paul Gascoigne di semifinal Piala Dunia 1990 semua bersatu padu menggerakkan suporter Inggris ke arah lebih baik.

Berat memang langkah kita untuk mengikuti langkah-langkah tersebut, terutama bagi klub-klub untuk menemukan dana demi merenovasi total stadion mereka.

Saya yakin, PSSI dan klub-klub saja tak akan bisa memecah siklus ini.

Sudah saatnya semua pihak bergerak memecah siklus kekerasan di sepak bola Indonesia demi menjadikan masa depan lebih baik bagi anak-anak kita.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P