Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Biar Tak Minions Melulu, Beranikah PBSI Pakai Jurus Hallyu?

By Any Hidayati - Rabu, 21 November 2018 | 17:19 WIB
Pasangan ganda putra Indonesia, Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo, berpose dengan trofi yang didapat sebagai pemain terbaik putra 2017 dalam cara gala dinner di Dubai, Senin (11/12/2017). (BADMINTON INDONESIA )

Merah Putih juga berjaya di kejuaraan beregu putra Piala Thomas dengan meraih tujuh gelar beruntun pada 1958-1979, hanya gagal di edisi 1967 karena kalah dari Malaysia.

Gelombang kedua adalah era Susy Susanti, Alan Budi Kusuma, hingga Taufik Hidayat yang menciptakan tradisi emas bulu tangkis Indonesia tidak terputus selama 16 tahun, 1992-2008.


Pebulu tangkis Indonesia, Alan Budikusuma dan Susy Susanti, memamerkan medali emas yang mereka menangkan di masing-masing di nomor tunggal Putra dan tunggal putri di Olimpade Barcelona 1992. ( DOK TABLOID BOLA )

Piala Uber pun terakhir kali terbang ke Indonesia di era Susy yaitu 1994 dan 1996. Begitu juga dengan Piala Thomas yang erat di pelukan Merah Putih pada rentang 1994-2002.

Setelah itu, prestasi bulu tangkis Indonesia terus merosot dan hanya bertumpu pada satu dua bintang saja termasuk saat ini kepada Marcus/Kevin.

Memang bukan perkara mudah untuk menciptakan kembali kejayaan Indonesia di tengah kebangkitan Jepang dan dominasi China yang tak kunjung luntur.

(Baca Juga: Park Joo-bong Curhat Jatuh Bangun Dirikan Pelatnas Bulu Tangkis Jepang sejak Awal 2000-an)

Indonesia butuh berbenah dari sekarang. PBSI harus segera memperbaiki sistem kaderisasi pemain dan pelatih.

BERBENAH SISTEM


Busanan Ongbamrungphan (tengah) dikelilingi Rexy Mainaky dan rekan-rekannya usai memastikan Thailand menang 3-2 atas China di semifinal Piala Uber 2018. Jumat (25/5/2018) di Impact Arena, Bangkok.(BWF BADMINTON)