Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Spesial Hari Kartini, Kisah Sosok Perintis Sepak Bola Wanita Indonesia

By Alif Mardiansyah - Selasa, 21 April 2020 | 07:55 WIB
Foto Wiwi H Kusdarti, sang pionir sepak bola wanita di Indonesia (Kompas.com/Dendi Ramdhani)

Perkembangan sepak bola wanita Indonesia itu ternyata menjadi perhatian beberapa negara tetangga, Singapura dan Malaysia, yang ingin beruji tanding dengan Putri Priangan.

Mace bercerita pada 13 Maret 1969, Putri Priangan kalah 0-5 dari tim Penang Malaysia.

Skuad Putri Priangan pun sempat diundang bertanding pada acara Pesta Sukan (hari jadi Singapura), 9 Agustus 1969.

Redupnya sepak bola wanita

Ketika tahun 1973-1974, Mace dihadapkan pada situasi rumit karena sudah harus gantung sepatu.

Hal itu disebabkan karena usianya yang semakin bertambah dan juga harus mengurus keluarganya.

Pensiunnya Wiwi pun membawa dampak cukup siginifikan untuk sepak bola wanita di Bumi Pertiwi kala itu.

"Sempat pensiun, tidak ada penerus, pelan-pelan bubar. Namun, katanya 1980 sempat ada lagi, tetapi mulai pudar," ujar Mace.

Baca Juga: Siap Menggebrak Liga Indonesia, Red Bull Depok FC Akan Datangkan Pemain Naturalisasi Ini

Perjuangan Wiwi demi sepak bola wanita di Indonesia memang tidak bertahan cukup lama, namun keberanian serta kegigihannya untuk mendirikan gagasan itu patut diberikan apresiasi cukup tinggi.

Diberitakan oleh Kompas.com pada 13 Januari 2017, Mace menghabiskan waktunya untuk mengurus kafe dan kebunnya saja.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P