Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Dari awalnya tidak tahu apa-apa soal MMA, Ngannou hanya butuh empat bulan untuk memenangi pertandingan profesional pertamanya di Prancis.
Titik balik kehidupan Ngannou terjadi ketika dia menelan kekalahan pada pertandingan keduanya.
Pengalaman kekalahan pertama itulah yang membuat Ngannou semakin mantap untuk melakoni karier sebagai petarung MMA.
"Saya tidak bisa meninggalkan MMA dengan kekalahan. Mereka akan berpikir saya sudah menyerah, jadi saya harus menyelesaikannya," kata Ngannou.
Baca Juga: Mike Tyson Unggah Video Latihan, Pukulannya Masih Bikin Lawan Gemetar
Performa apik membuat Ngannou mendapatkan kontrak dari UFC pada 2015. Startnya di UFC mulus setelah selalu menang dalam enam pertandingan pertama.
Puncaknya, Ngannou berhasil menganvaskan penantang gelar juara kelas berat UFC, Alistair Overeem, dengan pukulan kerasnya pada ronde pertama.
Ngannou berkesempatan untuk menghadapi sang juara bertahan, Stipe Miocic pada 2018. Sayangnya, dia kalah angka mutlak dari Miocic.
Ngannou bangkit dari kegagalannya. Dia memenangi empat laga terakhirnya hingga kini berada di antrean kedua dalam perebutan sabuk juara kelas berat UFC.
Baca Juga: Laporan New York Times Tentang UFC, Dana White: Saya Tak Peduli!
Kendati sudah mencapai kesuksesan di UFC, apakah Ngannou melupakan impiannya sebagai petinju seperti idolanya, Mike Tyson? Jawabannya tidak.
"Saya masih memiliki impian itu dan saya percaya bahwa saya bisa menggapainya," kata Ngannou.
"Saya percaya Anda bisa melakukannya," kata Tyson menimpali.
Baca Juga: Peran Sang Ayah hingga Khabib Nurmagomedov Sukses Menjadi Juara UFC