Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
"Dari situ prasangka terjadi antara saya, Meiliana dan Koh Paulus. China dan Korea kok begini mainnya. Kami seharusnya menang karena Wang Xiao Li pasti menang atas Kim Ha-na, tidak mungkin kalah."
Greysia berpikir untuk mati-matian melawan Han Jung-eun agar bisa menjadi juara grup dan bertemu Kim Ha-na.
"Korea pun berpikiran yang sama mereka menghindari Wang Xiao Li/Yu Yang pada saat itu karena ada dramanya itu. Saya jujur sudah tahu kalau Wang/Yu kalah. Kalau saya mengalahkan Kim Ha-na, saya akan bertemu Wang/Li," tutur mantan ganda putri Indonesia berusia 35 tahun itu.
"Jujur saya galau kenapa permainan mereka seperti itu. Mereka mempertontonkan hal yang tidak baik. Jadi integritas sebagai atlet goyang. Setelah tanya CdM dan Ketum (PBSI) bagaimana mereka panas dan jadi spotlight kami harus bermain seperti itu."
"Setelah itu, saya mendapat sms dari reporter BWF. Dia bilang, ini sudah menjadi sorotan. Jangan main-main. Dari situ saya bilang, saya harus serius. Apa pun yang terjadi saya dan Meiliana harus bermain yang terbaik. Pemikiran itu saya tanamkan meski sudah tegang, nervous, ditekan di kiri-kanan."
Apalagi, pertandingan Greysia/Meiliana menjadi sorotan.
"Saya masuk lapangan dengan pemikiran saya dan koh Paulus, CdM, dan Ketua PBSI. Mereka menonton dari atas mengatakan bahwa saya dan Meiliana akan bermain yang terbaik. Terserah hasilnya mau apa saja karena sudah diwanti-wanti reporter BWF," aku Greysia.
"Tetapi, pada kenyataannya Korea yang memegang servis lebih dulu, Saat servis, arahnya miring ke sebelah sana. Jadi dari situ ketahuan mereka tidak mau bermain dengan baik. China dan Korea negara yang otoriter. apa pun kata atasan harus menurut."
"Hal itu efeknya jadi ke saya. Saya berpikir tidak adil, saya ingin bermain yang terbaik. Mereka begini, tetapi saya sudah masuk di kandang macan. Itu lihat, saya sudah negosiasi dengan BWF di Youtube. Dulu disiarkan RCTI tetapi di take down semua," ucap Greysia.
"Jadi, tidak ada jejak rekam untuk membela keseriusan kami tim Indonesia. Akhirnya dari situ saya merasa saya harus terima keputusan BWF dan IOC. Pada 2012 ada media gathering belum rileks karena 2012 belum bisa bertemu media, saya sampai memakai topi."