Sandro Mazzola, Sebuah Ingatan Kecil Tentang Sang Ayah
Legenda Inter Milan, Sandro Mazzola, saat itu masih enam tahun saat ditinggal wafat oleh sang ayah, Valentino.
Sandro sendiri tumbuh besar bersama adiknya, Ferrucio, mengikuti jejak sang ayah sebagai pesepak bola.
Selama 17 tahun berkarier, mulai dari tahun 1960 tepatnya, Sandro membela Inter dan mencetak 116 gol dimana ia meraih banyak gelar prestisius, salah satunya Liga Champions (saat itu Piala Eropa) pada 1964 dan 1965.
Usianya masih kecil kala itu, membuat Sandro sedikit kebingungan dan takut dengan apa yang terjadi saat melakukan prosesi pemakaman.
On This Day in 1919 born Valentino #Mazzola
— Football Memories (@FM_Twittah) 26 Januari 2018
Father of Sandro and Ferruccio, he won 5 Scudetti with #TorinoFC
He died in the Superga air disaster, occurred on 4 May 1949#26gennaio #Torino #Granata #Superga #ForzaToro #SerieA #SerieATim #SFT #TORBEN #TorinoBenevento #calcio pic.twitter.com/hF48EbKeYy
"Saat berjalan mengitari Turin, saya tidak mengerti orang-orang menghentikan saya," kenang Sandro dikutip BolaSport.com dari situs resmi FIFA.
"Itu membuat saya takut, saya masih kecil saat itu, dan saya menggenggam tangannya untuk menghibur diri."
"Bisa dibilang sentuhan tangan itu menjadi ingatan yang kekal pada diri saya," lanjut Sandro.
Meski hanya memiliki sejumput ingatan, Sandro mendapat kisah dari sang ayah dari pesepak bola lainnya, salah satunya dari legenda Real Madrid Ferenc Puskas.
"Saya bermain melawan ayahmu. Kau membuatnya bangga, dan saya ingin memberikan kausku padamu," ucap Puskas pada Sandro usai Inter menaklukkan Real Madrid di final Liga Champions 1964.
Pasca Tragedi
Tragedi itu memang membawa luka dan trauma bagi Italia.
Sampai-sampai timnas Italia melakukan perjanan menggunakan kapal laut ke Brasil untuk melakoni Piala Dunia 1950.
Usai kejadian itu monumen berbentuk badan pesawat jatuh menabrak dinding gereja dibangun di kawasan tersebut.
Surely this is a spoof? MT "@tejucole: This new Superga monument isn't ideal...http://t.co/zZigv6rn0P pic.twitter.com/WllVHC98lX"
— Ian Curtin (@IanCurtin1) 14 Mei 2014
Whilst at Superga we visited the monument to il Grande Torino, the team that so tragically died in an aircrash in 49. pic.twitter.com/Pq7WgOBJf5
— means this™ (@Sean62S) 31 Maret 2015
Dan tak hanya itu, setiap tahunnya berbagai penghormatan dilakukan di area tempat pesawat jatuh bagi bakat Italia yang pulang terlalu cepat.
Usai kejadian itu Torino yang terluka tak lagi menjadi langganan juara.
Liga Italia Serie A kemudian dikuasai tim-tim yang nantinya besar hingga era modern, seperti Juventus, AC Milan, dan Inter Milan.
Editor | : | Jalu Wisnu Wirajati |
Sumber | : | Dari Berbagai Sumber |
Komentar