Harapan saya, aturan kompetisi tidak mudah diubah-ubah setiap musim atau ketika pengurus berganti.
Anggaplah menyerupai perjalanan Bangsa Indonesia, tentu tidak setiap pergantian Presiden RI diikuti perubahan UUD 1945, bukan?
Kita ingin melihat kompetisi berjalan normal, stabil, adil, berjenjang, dan memiliki kepastian aturan.
Harapan di 2018, Indonesia butuh pelaku (terutama pengurus) yang menjadikan olahraga sebagai tujuan, bukan alat menuju pencapaian lain (yang berbeda dari olahraga). Termasuk di sepak bola.
Di Rusia, 14 Juni hingga 15 Juli 2018, sebanyak 32 tim nasional akan berusah menjadi yang terbaik dengan total 64 pertandingan.
Indonesia kembali menjadi negara penikmat. Kita pantas bersyukur karena memiliki pemilik dan pengelola televisi yang percaya pada kekuatan sepak bola.
Tak sampai 6 bulan menjelang pesta Piala Dunia 2018 dimulai, kepastian televisi yang akan menayangkan pertandingan tersebut muncul.
(Baca Juga: Bocah Ajaib AS Monaco Tak Dijual pada Bursa Januari 2018)
Patut disyukuri, meski saya membayangkan bagaimana tim pemasaran di Trans Media (Trans TV, Trans 7, dan Transvisioin) serta K Vision pontang-panting mencari sponsor-sponsor yang dibutuhkan guna menutupi biaya pembelian hak siar PD 2018.
Harapan kita, tayangan-tayangan mahal dan berkualitas tersebut tidak selesai sebagai tontonan seperti film di bioskop. Pasti, dan banyak, pelajaran yang bisa kita petik dari ajang akbar ini.
Editor | : | Weshley Hutagalung |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar