Bedanya, pelepasan Coutinho ke Barcelona lebih banyak diiringi doa dan harapan, walau juga penyesalan bagi Liverpudlian.
Sementara Alexis dan Sterling banyak disertai cap ular atau pengkhianat. Kenapa begitu?
Musababnya tentu berkorelasi dengan keputusan memilih hengkang ke klub rival langsung di kancah domestik.
Coba kalau Coutinho pindah ke Manchester United. Apa dijamin reaksi Liverpudlian adem ayem pula?
Perihal khianat-mengkhianati memang sudah jadi bagian rumah tangga sepak bola sejak zaman baheula. Contohnya sangat bertumpuk. Ambillah beberapa saja.
Kasus hengkangnya Roberto Baggio dari Fiorentina ke Juventus pada 1990 tetap dikenang sebagai salah satu transfer paling kontroversial.
Kasus ini selalu mengemuka sebagai salah satu pemicu rivalitas pahit kedua tim saban kali bertanding.
Setelah lima tahun di Fiorentina, Baggio pindah dengan status pemain termahal dunia zaman itu.
Toh, Baggio tak bisa berbuat banyak dan mesti rela menerima cap pembelot.
Editor | : | Beri Bagja |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar