Presiden Fiorentina kala itu, Flavio Pontello, harus menjual pemain bintang demi menyelamatkan kondisi keuangan klub yang berdarah-darah.
Karena alasan ini, sebelum Baggio, La Viola terpaksa melego jagoannya secara bertahap, yaitu Daniel Passarella (ke Inter Milan), serta Giovanni Galli dan Daniele Massaro (AC Milan).
Jadilah Baggio sumber pemasukan paling realistis agar klub bisa membangun ulang skuat dari uang hasil penjualannya.
Terlepas dari dampak kerusuhan dan letupan emosi membabi-buta pendukung La Viola terhadap situasi itu, Baggio berhasil meningkatkan level setelah pindah ke Juve.
Dia mencapai prestasi secara profesional dengan raihan gelar Piala UEFA, Liga Italia, dan Piala Italia. Sesuatu yang tidak ia raih di Fiorentina.
Kasus lain yang menonjol jelas kepindahan Luis Figo dari Barcelona ke Real Madrid (2000).
Terlepas dari megakontrak yang diajukan Madrid buat mengikatnya, Figo juga mampu meraih puncak kejayaan dalam karier.
Ia merealisasikan mimpi juara Liga Champions dan jadi Pemain Terbaik Dunia sebagai pemain Real Madrid - setelah pindah dari Barca.
Peningkatan prestasi serupa dialami pemain lain yang dicap pengkhianat, misalnya Sol Campbell (Tottenham ke Arsenal, 2001) atau Robin van Persie (Arsenal ke Man United, 2012).
Saya tak bilang kalau semua "pembelot" itu bakal selalu sukses setelah pindah ke klub rival. Ada spesimen lawas yang mencontohkan transfer ke klub pesaing tak selamanya berarti upgrade karier.
Editor | : | Beri Bagja |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar